PN _ Awal tahun 2021 bangsa Indonesia diuji dengan rentetan musibah yang merenggut banyak korban.
Yang pertama adalah jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta ke Pontianak di Teluk Jakarta pada Sabtu (09/01/2021) pukul 14.40 WIB. Korban tercatat 62 jiwa yang terdata pada manifest penumpang. Sampai saat terakhir, telah ada 239 kantong jenazah yang ditemukan dan masih dilakukan proses identifikasi.
Musibah kedua terjadinya longsor dan banjir di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Data sampai dengan Kamis (14/01/2021), longsor Sumedang menelan 24 korban jiwa, dan 25 orang luka-luka. Lebih 200 warga terpaksa mengungsi ke tempat aman.
Ketiga, terjadi musibah banjir dalam skala luas di Kalimantan Selatan. Banjir diketahui diakibatkan oleh intensitas hujan yang tinggi dan menyebabkan air sungai di Kecamatan Pelaihari meluap pada Minggu (03/01/2021).
BNPB mencatat, sebanyak 6.346 rumah terendam banjir setinggi 150-200 centimeter dan 21.990 jiwa terdampak banjir serta mengungsi. BPBD Tanah Laut mengonfirmasi akses jalan dari Palaihari ke Banjarmasin terputus akibat banjir.
Terakhir, terjadinya Gempa bumi 6,2 skala richter yang menghancurkan Kabupaten Mamuju dan Kabupaten Majene di Propinsi Sulawesi Barat pada Jumat (15/01/2021). Ratusan rumah dan gedung kantor pemerintahan, rumah ibadah, Rumah Sakit dan kantor Koramil luluh lantak.
Bencana tersebut menelan korban jiwa 56 orang dan lebih dari 600 orang luka-luka. Korban jiwa diperkirakan akan terus bertambah, mengingat banyaknya bangunan yang runtuh dan diperkirakan masih ada korban tertimbun.
Penanews.my.id mengucapkan rasa simpati mendalam kepada para korban yang jatuh, dan mendoakan agar pertolongan dapat segera dilakukan pada masa tanggap darurat bencana di berbagai lokasi musibah.
Rangkaian bencana yang terjadi, hendaknya disikapi dengan sikap arif dan mawas diri, serta tak lupa memprioritaskan penyelamatan para korban, khususnya pada masa tanggap darurat bencana.
Beberapa catatan dapat diberikan, Pertama, tentunya kita harus berserah diri, meminta ampun kepada Sang Maha Pencipta dan Maha Berkehendak. Anugerah dan bencana pasti tak lepas dari kehendakNya.
Sikap kembali kepada mawas sikap dan berserah total disertai usaha adalah langkah paling pertama dilakukan, sebelum melangkah menyusun rencana penyelamatan.
Kedua, sebagai negara kepulauan yang dikelilingi oleh “ring of fire” di kawasan Samudera Hindia, potensi bencana gempa bumi menjadi risiko paling tinggi. Kita telah berkali-kali mengalami bencana serupa.
Musibah gempa dan tsunami Aceh 2004 adalah musibah fenomenal disusul gempa Yogya pada 2006, gempa dan tsunami Pangandaran, gempa dan tsunami Palu, serta gempa Lombok dan tsunami Labuan di Propinsi Banten.
Ketiga, dari pengalaman berbagai musibah bencana alam yang terjadi, pasti kita telah mempunyai rekaman dan data yang dapat dijadikan pedoman dalam menyusun langkah-langkah darurat.
Paling penting adalah pedoman bagaimana menyelamatkan para korban bencana yang selamat dan luka-luka. Pasti kita telah terlatih dalam mengorganisasi pertolongan pertama penyaluran makanan dan obat-obatan. BNPB dan BPDB daerah tentu telah siap.
Masa-masa awal bencana adalah tahapan paling kritis. Korban meninggal harus ditemukan dan dimakamkan. Korban luka-luka dan selamat harus dicarikan tempat penampungan dan pengobatan.
Juga makanan yang tidak boleh putus. Setelah itu baru pengadaan pakaian pantas pakai dan susu bayi serta trauma healing.
Berkali kali bencana yang sudah kita alami sebagai bangsa pasti melatih kita semua untuk siap memasuki dan melewati tahapan kritis tanggap darurat.
Keempat, kita pun pasti telah mengerti, harus dibukakan pintu bagi semua unsur dan potensi masyarakat yang hendak membantu korban, mengurangi derita dengan kiriman asupan makanan, susu bayi dan pakaian pantas pakai bagi para pengungsi. Tentunya semua peran serta dan simpati warga harus di bawah koordinasi BNPB.
Kita pun jangan lagi sungkan untuk meminta pertolongan relawan-relawan terlatih dari luar negeri, agar pertolongan kepada para korban tertimbun reruntuhan bangunan dapat segera diselamatkan.
Dan terakhir kelima, khusus bencana banjir, baik diakibatkan oleh intensitas hujan yang tinggi ataupun sebab lain, pasal pengelolaan lingkungan alam sekitar harus menjadi catatan paling penting.
Investasi untuk program pembangunan khususunya perkebunan dan pertanian harus dikembalikan pada pedoman pengelolaan lingkungan yang benar. Agar dampak-dampak merugikan akibat ketidakseimbangan alam yang rusak dapat diperbaiki kembali.