AKHIRNYA PERSATUAN KECEPRET – KELEDAI CEBONG KAMPRET – TERJADI JUGA DI NEGERI PINOKIO
Oleh: Mariska Lubis
Penulis, Seniman, Pemerhati Sosial Politik Ekonomi
Perseteruan Cebong dan Kampret yang dimulai sejak terjadi pemilihan umum di negeri Pinokio tahun lalu dan tidak berakhir sampai saat ini. Sungguh sangat tidak menarik, sebab keduanya sama saja, sama-sama Keledai bila tidak mampu menjadi subjek dalam politik. Malah pada akhirnya, prediksi akan ada Persatuan Kecepret (Keledai Cebong Kampret) menjadi kenyataan. Meski berkuda pun tetap tidak mampu menjadi kuda jantan. Sekali keledai tetap keledai!
Tentunya banyak yang kecewa dengan persatuan ini, baik dari kubu cebong maupun Kampret. Dendam yang ada sudah kesumat dan terus memuncak apalagi para keledai sudah menjadi durjana yang tuna mikir dan non kemaluan. Malah banyak sekali sampah keledai durjana yang berserakan dan malah asyik membusungkan dada walau hanya dipuja oleh para lalat yang mencari makan di sekitarnya.
Sebenarnya menarik persatuan ini, sebab baru terjadi dalam sejarah, oposisi bersekutu dan akhirnya rela menjadi bawahan. Integritas oposisi yang biasanya sangat dihormati jadi berubah. Entah apapun alasannya, bilapun sudah tidak memiliki data dan apalagi logistik untuk berjuang melawan dan konsisten menjadi oposisi, harga diri dan kehormatan semestinya tetap dipertahankan. Bila sudah hilang harga diri dan kehormatan, lantas apalagi yang dimiliki?! Uang dan jabatan, kekuasaan pun tidak ada artinya.
Jadi terpikir, berhubung ini terjadi di negeri Pinokio, dimana dusta adalah benar dan kebenaran patut disalahkan dan dihukum, apakah yang sebenarnya terjadi selama ini?! Jangan-jangan memang tidak pernah ada oposisi, semua hanya sekedar panggung sandiwara. Semua sudah diatur sedemikian rupa untuk meyakinkan masyarakat bahwa memang ada oposisi, tetapi sebenarnya tidak pernah ada. Yang ada hanyalah persekongkolan jahat untuk mengelabui dengan segala janji manis yang muluk dengan bumbu semangat perjuangan.
Pelajaran berharga bagi penduduk negeri Pinokio, jangan mudah percaya bualan kata, janji muluk, penampilan, bahkan perilaku manis yang sepertinya sangat baik dan patut ditiru. Sudah diingatkan pula dalam kitab, untuk menilai orang dari shalatnya pun dilarang, sebab Kita tidak mampu menilai apalagi bila hanya menilai dari sekedar penampilan. Kemunafikan sudah menjadi lumrah sepertinya. “Don’t judge the book by its cover”.
Kita lihat saja apa yang akan terjadi kemudian. Beberapa dekade sebelumnya, saat terjadi pergantian kabinet, presiden di negeri Pinokio berani melengserkan diri, entah yang saat ini menjabat. Lagipula ini hanya di negeri Pinokio, semoga tidak terjadi di negeriku, Indonesia. Hanya Allah yang tahu.
Bandung, 22 Desember 2020