Anak Bangsa Kita

 

Jutaan, bahkan puluhan juta anak bangsa pribumi Indonesia hari ini terseok-seok mencari nafkah di jalanan..

Sekitar 4 juta orang berprofesi sebagai ojol (ojek motor online)

Sekitar 1 juta orang berprofesi sebagai supir taksi online

Sekitar 7 juta orang menjadi supir truk angkutan barang..

Yang jadi supir angkot, jauh lebih besar…

Kendaraan yg mereka pakai mencari nafkah, semuanya import. Tidak satupun produk anak negeri.

Jutaan anak bangsa pribumi, berkerja sebagai penjaga toko, kasir, satpam, tukang sapu/pel di mal-mal megah di seluruh penjuru tanah air.

Mal-mal angkuh itu bukan milik bangsa mereka.. Hampir semuanya milik Aseng.

Jutaan anak bangsa kita berkerja di perkebunan sawit, karet dan sebagainya yg membentang berjuta-juta hektar di kepulauan Indonesia..

Tapi perkebunan angkuh tersebut, bukan milik bapak, kakek dan buyut mereka, tapi milik Taipan.

Berjuta-juta anak bangsa kita bekerja di pertambangan batubara, nikel, emas dan sebagainya. Tapi itu juga bukan punya mereka.

Berjuta-juta anak bangsa kita berkerja sebagai buruh pabrik, tapi majikannya bukan bangsa mereka.

Ada segelintir anak bangsa kita, masih bekerja mencangkul tanah sawah dan ladang warisan leluhur mereka di pedesaan.

Itu pun semakin hari semakin menyempit karena “dibebaskan” oleh pengembang real estate, property, objek wisata yg lagi-lagi bukan milik keluarga atau kerabat mereka.

Bahasanya memang manis : “dibebaskan”. Tapi maknanya dijarah!

Sumber-sumber mata air bening di pegunungan, juga sudah “dibebaskan”..

Hutan adat, hutan lindung, hutan-hutan yg dikeramatkan anak bangsa kita sejak dahulu kala, juga sudah “dibebaskan..”

Tapi sejatinya dibiarkan dijarah bangsa asing dan aseng!

Akhirnya milik anak bangsa kita tinggallah raga. Itu pun, memori otaknya sudah diracuni virus asing dan aseng.

Virus materialisme, value for money.. Mekanime berpikir anak bangsa dicekoki hidup untuk mencari uang, bukan kemulian.

Negeri ini habis sudah dijajah bangsa aseng dan asing. Dan semuanya terjadi terstruktur, sistematis dah masif (TSM) di jaman generasi kita..

Generasi yg menumpas komunisme, katanya.
Generasi pelopor Reformasi, katanya..
Tapi nyatanya kita adalah generasi yang membiarkan oligarki merajalela.

Kita adalah generasi yg membiarkan pemilik modal berkuasa semena-mena.

Lihatlah, diam kita, berujung mala petaka untuk anak-anak bangsa kita.

Tinggal satu kesempatan terakhir menyelamatkan anak bangsa, sebelum mereka semua menjadi budak dan robot tanpa asa.

Satu kesempatan terakhir sebelum kita semua pulang ke akherat..

REBUT KEMBALI..!!!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *