Oleh: Mariska Lubis dan Yudi E. Handoyo
Seringkali Aku bertanya, “Jika semua ingin dimengerti, lantas siapa yang mampu mengerti?!”.
Tak jarang Aku berpikir, “Jika semua ingin dicintai, lantas siapa yang benar-benar mampu mencintai?!’
Terkadang Aku merenung, “Jika semua memiliki keinginan dan ingin diberikan bahagia, lantas siapa yang mampu melepaskan segala keinginan dan mampu bahagia karena dirinya sendiri?’.
Banyak hal yang tidak mampu Aku mengerti, dan tidak sedikit juga yang tidak akan pernah Aku sanggup pahami. Untuk apa kemudian Aku berharap dan meminta dimengerti bila Aku pun tidak sanggup mengerti semua?!
Cinta terucap dengan begitu mudah dan dijadikan berbagai alasan untuk menuntut timbal balik. Sementara cinta sesungguhnya sangatlah tulus dan ikhlas untuk diberikan tanpa perlu berharap dan meminta. Haruskah Aku mencintai seperti cara-cara Itu hanya karena Aku pun ingin dicintai?!
Tiada lagi keinginan dan harapan yang ada di dalam diriku selain hanya bersamaNya dan memberikan yang terbaik bagi semua karenaNya. Aku tidak sanggup lagi kecewa, menangis, dan marah. Semua itu terlalu menyakitkan. Aku ingin bahagia dan selalu tersenyum, dan biarkan kulepas semua keinginan dan harapan itu. Hidup terlalu singkat bila terkurung keinginan dan harapan.
Cinta bagaikan awan berbaur dan melesat kemana-mana, dan bersifat alami tumbuh berkembang, saat menemukan irisan-irisan yang sejatinya, sulit dibayangkan dan dipikirkan hanya bisa dirasakan dalam keheningan hati yang melingkari dan menarik sangat dalam dan menyentuh pada titik yang sangat jauh yang sulit untuk dipikirkan, entah bagaimana cinta yang sesungguhnya, apakah seperti itu. Apakah setiap insan manusia yang bertengger dan berpijak merasakan hal yang sama, sangatlah sulit untuk digapai bagaimana cinta dan cinta sebenarnya dan sesungguhnya
Lahirnya cinta yang bagaimana, apa pandangan pertama dan sentuhan hati dan rasa bergetar, apa itu disebut cinta rasanya sulit untuk diungkapkan, sesungguhnya cinta dan cinta bagaikan fatamorgana biasan berbagai warna, semuanya indah, cantik, apakah itu semuanya akan dimiliki karena indah dan cantik, sangatlah membingungkan bila tidak ada pijakan yang abadi, apa yang dikatakan cinta.
Cinta bisa terlahir karena belajar mencintai, dan cinta terukir sedikit demi sedikit dan terdorong nafsu, apakah hal ini menjadikan yang sesungguhnya cinta, apakah cinta adalah semu “Ada dan Tidak Ada”, apakah cinta adalah sekedar ‘bayang-bayang”, dan cinta terlahir kemudian diikat menjadikan cinta yang abadi, dipersatukan seakan akan cinta yang abadi, sangatlah sulit dipikirkan.
Yang bagaimana sesungguhnya cinta, cinta bisa membuat sakit hati, cinta bisa membuat rasa hati gundah gulana, cinta bisa membuat kerusakan, cinta bisa membuat kehancuran, cinta bisa membuat bahagia sesaat dan sementara terlebihnya cerai berai, cinta bisa membuat hujan tangis, sanggupkah cinta satu kali lahir untuk selamanya dan tidak ada setetes keretakan, kerusakan!!!
Dan apalagi label cinta ini, cinta abadi yang tulus dan tidak pernah dikhianati, tidak pernah menghujatnya, tidak pernah melupakan, jika seiris nafas kepada Sang Khalik tidak pernah terputus melantunkan doa kata cinta Kepadanya!!!
Cukup ketulusan dan keikhlasan yang membuktikan bahwa cinta itu ada. Allah memberi tanpa mampu dibalas, tak usah meminta dan berharap, cukuplah memberi. Jangan sampai dusta dan kemunafikan atas nama cinta dan berbagai alasannya terus merusak negeri dan masa depan.
Bandung-Malang
