Penantian di Dermaga Senja

Di bawah langit senja yang memudar, seorang laki-laki berdiri di tepian dermaga, matanya menatap jauh ke arah cakrawala. Angin laut berbisik lembut, seolah meredakan gelisah hatinya yang merindu. Hari demi

Gubuk Usang 2023

  Jari-jari hitam putih siang malam Memainkan nada waktu jingga kelabu Menyanyikan berjuta senandung kehidupan Dalam Solmisasi suka duka Manusia… Sketsa siklus sekian purnama Sudah tergambar Ketika langkah awal Januari

Alegori 2023

  Pada gelisah ujung malam Adalah sunyi yang bertapa di relung waktu Sedang rintik beradu dengan angin Suara titik nada hembusan Menyatu irama sepi tak bertepi Pada selaksa kekata tak

“Bumi yang Meratap dalam Kekeringan.”

Di bawah sinar matahari yang terik, Bumi meratap dalam kemarau berkepanjangan, Sungai-sungai mengering, tanah retak, Desir angin membawa pesan kekeringan. Daun-daun berguguran tanpa kesejukan, Burung-burung merintih dalam bisu, Desa-desa sunyi,

Cinta Tanah Air

Di bumi yang subur, di sana hati merona, Cinta terhadap tanah air, tiada terbendung oleh zona. Gunung menjulang tinggi, sungai mengalir melodi, Di sini, cinta kepada negeri, tak pernah pudar

Rahasia Esok

  Senja yang baru saja berlalu Menjatuhkan kepingan kepingan rahasia Di dalam titik-titik aksara gerimis Yang maknanya berjela di rerantingan malam Satu demi satu kata, coba ku raih Meraba-raba makna

Di Bawah Atap Rumah Sakit Yowari

  Dingin yang menjulur Menjilati tetulang melilit reraga Merangkum siang malam para pasien Dalam dedoa suci sanak keluarga Demi sepotong asa pemulihan total Dari Ilahi sang Khalik Surga Pada detik

Tidak Ada Lagi Postingan yang Tersedia.

Tidak ada lagi halaman untuk dimuat.