Bogor. penanews.net _ Jawa Barat. Adakah yang tidak kenal dengan Christian Ronaldo?, tentu ada saja yang tidak mengenalnya, terutama mereka yang tidak akrab dengan dunia sepak bola. Namun, bagi para ‘penggila’ sepak bola umumnya dan fans berat pemain asal Portugal dengan nomor punggung tujuh, tentulah sangat familiar dengan mega bintang yang akrab disebut CR7 itu.
Pesona dari pemain berusia 37 tahun ini telah mampu menyihir para penggemar dan pecinta sepakbola. Gerak gerik CR7 juga selalu jadi perhatian bola mania.
Termasuk, keputusannya untuk ‘hijrah’ ke klub An Nasr di Arab Saudi pada musim transfer pemain sepakbola Januari 2023.
Kepindahan CR7 ini, telah menyedot perhatian dan jadi pemberitaan dunia olahraga. Ada yang pro dan kontra?, Hal demikian wajar dan biasa saja karena sejatinya manusia tidak bisa terlepas sama sekali dari faktor ‘like or dislike’ dalam menilai seseorang. Yang pasti, informasi soal nominal trilyunan gajinya yang akan diterima hingga akhir masa kontrak 2025, membuat semua orang bergumam wow luar biasa.
Keberadaan Ronaldo di klub An Nasr yang notabene salah satu klub besar dan bergengsi tinggi di Arab Saudi ini, mau tidak mau harus beririsan dengan Bahasa Arab sebagai media komunikasi nya. Kondisi tersebut, setidaknya, sudah tampak dalam briefing para pemain An Nasr di mana terlihat Ronaldo berada di tengah-tengah mereka, sang manajer menyampaikan arahannya dengan Bahasa Arab yang didampingi seorang mutarjim (penerjemah).
Terkait Bahasa Arab, perlu diketahui dan diingat bahwa pada setiap tanggal 18 Desember diperingati sebagai Alyaum al ‘Aalamiy Lilughatil ‘Arabiyah (Hari Internasional Bahasa Arab). Juga, Bahasa Arab telah ditetapkan sebagai salah satu bahasa resmi di Haiatul Umam al Muttahidah (United Nations Organization/ UNO) atau Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), bersama Bahasa Internasional lain yang sudah lebih awal digunakan dalam pertemuan-pertemuan resmi PBB, antara lain Bahasa Mandarin, Bahasa Inggris, dan lainnya.
Kronologi penetapan internasionalisasi Bahasa Arab adalah sebagai berikut:
– Tahun 1960: Unesco menetapkan Bahasa Arab digunakan dalam konferensi-konferensi regional.
– Tahun 1966: Unesco memperkuat penggunaan Bahasa Arab dengan asuransi layanan terjemahan langsung dari dan ke Bahasa Arab.
– Tahun 1968: Unesco menetapkan Bahasa Arab sebagai bahasa profesi berbagai bidang pekerjaan.
– September 1973: Bahasa Arab digunakan secara lisan dalam pelatihan-pelatihan asosiasi publik.
– Desember 1973: Bahasa Arab menjadi bahasa resmi asosiasi publik dan berikut badan-badan atau lembaga-lembaga otonomnya.
– 18 Desember 2012: Ditetapkan sebagai Hari Internasional Bahasa Arab.
Dengan demikian, adalah sebuah aksioma bahwa belajar Bahasa Arab tidak melulu ‘hanya’ untuk kepentingan mengakses hazanah pengetahuan keislaman yang termaktub dalam berbagai kutub turats berikut jurnal-jurnalnya.
Belajar Bahasa Arab sejatinya juga menjadikan pribadi yang mau dan mampu memposisikan sebagai warga dunia, hal mana sekarang sekat-sekat antar negara antar benua hampir tidak ada, borderless.
Rasanya tidak berlebihan jika pemerintah Indonesia mulai lebih serius memikirkan kebijakan serta lebih fokus memperhatikan agar Bahasa Arab menjadi salah-satu kurikulum (mata pelajaran/ mata kuliah) wajib di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi di Indonesia, sebagaimana halnya Bahasa Inggris.
Gagasan tersebut tidaklah berlebihan karena negara-negara lain juga sudah melaksanakannya. Sekedar misal, tidak kurang dari University of Cambridge saja mengajarkan Bahasa Arab dalam salah satu program studinya. Demikian pula, kita saksikan trend meningkatkannya antusiasme publik Korea, China dan beberapa negara lainnya dalam mempelajari Bahasa Arab ini.
Jika Ronaldo pada agenda perkenalan perdananya di hadapan ribuan suporter Al Nasr telah melafadzkan satu kalimat Bahasa Arab, “Ana ‘Aalamiy! / أنا عالمي” yang terjemahan bebasnya adalah “Saya (meng) global!”. Bagaimana dengan kita?.
Upaya memasyarakatkan Bahasa Arab ini, setidaknya, bisa dimulai dengan menuliskan sapaan dan penjelasan di beberapa fasilitas umum, semisal bandara, terminal, pelabuhan, objek wisata, dan alat transportasi. Sapaan ‘Welcome’ diiringi ‘أهلاً و سهلاً’ misalnya, mestinya tidak (akan) asing lagi ditemukan di berbagai tempat.
Demikian, pesan dan salah satu harapan dosen Ummul Qura Makkah yang disampaikan kepada penulis dan kawan-kawan peserta Ad Daurah Ash Shaifiyah (summer course) pada medio 2015 lalu di Arab Saudi.
Sebenarnya Bahasa Arab sangat dekat dengan Bahasa Indonesia karena sangat banyak kosa kata Bahasa Indonesia merupakan serapan dari Bahasa Arab. Contohnya, nama-nama hari dalam sepekan.
Ahad merupakan kosakata Bahasa Arab berarti satu, maksudnya hari pertama, meski sebagian masyarakat ada yang menggunakan nama hari Minggu. Senin diserap dari Itsnain (dua), Selasa diambil dari Tsulaatsaa (ketiga), Rabu dari kata Arbi’aau (keempat), Kamis dari Khamiis (lima), Jum’at asli kosakata Bahasa Arab bermakna perkumpulan, dan Sabtu diserap dari Saabi’ (tujuh).