Diproduksi Secara Tradisional Sejak Tahun 80-an, Dodol Dan Kue Keranjang Asal Rumpin Sudah Terkenal Nikmat

Bogor. penanews.net _ Jawa Barat. Makanan Dodol hitam dan dodol cina atau yang biasa dibuat kue keranjang saat hari raya Imlek, adalah salah satu makanan khas bagi warga masyarakat Indonesia. Penganan ini juga hampir terdapat di beberapa wilayah khususnya provinsi Jawa Barat.

Salah satu pengrajin dodol hitam dan kue keranjang di wilayah Kabupaten Bogor adalah Erni Suardi (53) seorang warga Kampung Sukawarna RT 01 RW 13 Desa Tamansari Kecamatan Rumpin. Wanita paruh baya ini merupakan generasi ke empat dari usaha kuliner turun temurun dari keluarga nya yang sudah berjalan sejak tahun 80-an.

“Dodol hitam dan dodol cina atau kue keranjang yang kami buat disini, bahan nya beras ketan dan gula putih tanpa menggunakan bahan pengawet apapun. Cara produksinya pun dilakukan secara tradisional,” ungkap Erni Suardi, Selasa (18/01/2022).

Ia menjelaskan, proses pembuatan dodol hitam dan kue keranjang yang diproduksi memakan waktu pengolahan sekitar 12 jam lebih dengan masa permentasi 15 hari. Cetakan dodol juga menggunakan keranjang dan daun pisang batu agar cita rasa dan kualitas nya tetap terjaga.

“Dodol hitam kita produksi dengan berbagai rasa, ada dodol original, dodol wijen, dodol duren dan lainnya. Ada pula dodol cina atau kue keranjang. Untuk pasaran, kami gunakan media online dan sejauh ini sudah cukup dikenal di wilayah Jabodetabek dan sekitarnya,” papar Erni.

Ia menjelaskan, usaha pembuatan dodol yang dilakukan turun temurun diproduksi secara rumahan. Hal ini bertujuan agar resep dan olahan penganan tradisional ini tetap terus terjaga aroma, rasa dan kualitasnya. Untuk penjualan, sebagian besar dilakukan dengan sistem pesanan dan adapula pembeli datang langsung ke rumah produksi.

“Kalau untuk omset cukup lumayan, terutama saat jelang hari raya Imlek, Natal, Tahun Baru dan Idul Fitri. Rata – rata pesanan bisa mencapai 1,5 hingga 2 ton. Kalau harga variatif, tergantung jenis dodol nya. Mulai dari yang 35 ribu rupiah hingga 85 ribu rupiah perkilo gram.” ucap Erni.

 

Pewarta : Boim / Fahry

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *