Penulis: Agus Zaini
Penanews.net “Politics is far more complicated than physics – Politik jauh lebih rumit daripada fisika”. (Albert Einstein)
Media online CNN Indonesia, pada Hari Kamis (17/8/23) memuat ungkapan hati FX. Rudy, Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Surakarta (Solo) yang juga pernah menjabat Walikota Solo. Rudy mengaku bangga jika Gibran menjadi peserta di Pilpres 2024. Siapapun capresnya, Rudy bangga karena Gibran mewakili masyarakat Solo.
“Apalagi dia dari Solo. Sebagai rakyat Solo ya saya bangga lah,” kata Rudy.
Sebagai senior Gibran, Rudy mengakui bahwa Gibran adalah kader PDI Perjuangan yang memiliki potensi luar biasa. Akan tetapi, Rudy menganggap dorongan terhadap Gibran menjadi cawapres bisa memiliki dua arti antara menjerumuskan atau tulus ingin memenangkan kontestasi.
Mungkin Rudy tidak ingin kesuksesan kepemimpinan Gibran menjadi ‘premature’ apabila Gibran dipaksakan masuk dalam kontestasi demokrasi elektoral di tingkat nasional.
Kekhawatiran Rudy itu cukup beralasan. Pertama, dari struktur pemerintahan daerah, Gibran saat ini masih pada level kepala daerah tingkat kota. Kedua, usia Gibran yang masih relatif muda, dan belum memenuhi syarat, seperti diatur Pasal 6 huruf q UU Nomor 23 Tahun 2003 dan Pasal 5 huruf o UU Nomor 42 Tahun 2008. bahwa usia capres dan cawapres paling rendah adalah 40 tahun. Sedangkan pada bulan Oktober nanti Gibran baru memasuki usia 36 tahun.
Jika berpikir secara linear, pertimbangan Rudy agar Gibran layak mengambil posisi sebagai gubernur melalui ajang pemilihan gubernur mungkin ada benarnya. Tetapi seiring pergerakan politik yang begitu cepat, kini sosok Gibran sudah menjadi kebutuhan politik pada level nasional. Ini realitas yang tidak bisa diabaikan. Karena itulah cara berpikir eksponensial lebih relevan dan diperlukan agar dapat mengantisipasi dinamika politik jelang Pilpres 2024.
*Gibran Sebagai Melting Point*
Strategi Prabowo menggandeng Gibran sebagai cawapres yang mendampinginya pasti sudah dipertimbangkan secara matang. Boleh saja PKB mengajukan nama Muhaimin Iskandar, atau Partai Golkar menawarkan Airlangga Hartarto, dan PAN memperjuangkan Erick Thohir sebagai calon wakil presiden mendampingi Prabowo. Masing-masing figur yang disodorkan itu memiliki kelebihan sekaligus kekurangan.
Jika para pimpinan partai memaksakan kehendaknya, maka sulit terbangun koalisi partai Faktanya partai-partai tersebut, jika tanpa koalisi, tidak memenuhi syarat formal untuk mengusung capres dan cawapres. Mereka pasti sadar akan hal itu. Karenanya dibutuhkan figur alternatif yang bisa diterima semua pihak. Atas dasar itulah nama Gibran muncul sebagai solusi.
Hampir semua pimpinan partai pernah bertemu langsung dengan Gibran pada waktu yang berbeda. Ketua Umum Partai Gerindra sudah berkali-kali bertemu dan berdiskusi dengan Gibran. Begitu pula Airlangga selaku Ketua Umum Partai Golkar, Muhaimin Iskandar, ketua umum PKB dan juga Zulkifli Hasan, ketua umum PAN. Semua sudah berinteraksi secara langsung dengan Gibran. Semua pimpinan partai pengusung yang berada dalam Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) memberikan apresiasi positif dan dapat menerima dengan terbuka apabila Gibran berkenan untuk diajukan sebagai calon wakil presiden mendampingi Prabowo.
Gibran menjadi melting point yang dapat meleburkan berbagai kepentingan yang dibawa oleh partai-partai yang ingin menjadikan kader utamanya sebagai calon wakil presiden. Kehadiran Gibran diyakini dapat memperkuat agenda rekonsiliasi dan akselerasi kerja koalisi pengusung Prabowo.
Dalam diri Gibran tidak hanya mengandung kekuatan asosiasi Presiden Jokowi. Ia memang anak biologis Jokowi, tapi kemampuannya sebagai pemimpin sudah teruji dan tertempa sejak terpilih menjadi Walikota Solo melalui Pilkada 2020. Selama hampir 3 tahun Gibran memimpin kota Solo, sulit bagi siapa pun untuk meragukan keberhasilan kepemimpinannya.
Dari aspek elektoral sosok Gibran memiliki nilai jual cukup tinggi. Peneliti LSI Denny JA, Adrian Sopa mengungkap bahwa, “Data penelitian kami, per hari ini, tingkat kesukaan dan keterkenalan Gibran sudah sangat tinggi.” (RM.id. Rabu, 16/8/23),
Adrian menjelaskan, dari nama-nama bakal Cawapres Prabowo, popularitas Gibran paling tinggi dibandingkan Erick Thohir, Airlangga Hartarto, dan Muhaimin Iskandar. Popularitas Gibran mencapai 66,5 persen. Disusul Erick 61,8 persen, Airlangga 52,3 persen, dan Muhaimin 43,1 persen.
Dalam survei yang dilakukan oleh SPIN (Survei dan Polling Indonesia) yang dilakukan pada tanggal 15-25 Juli 2023 secara direct interview terhadap 1.230 responden di seluruh Indonesia, dengan margin of error 2,8%, terdapat temuan menarik. Apabila Mahkamah Konstitusi setuju usia cawapres dan capres minimal 35 tahun, maka Gibran dapat menjadi ‘game changer’.
Pencalonan Gibran dinilai bakal memberikan kontribusi elektoral kepada Prabowo. Terlebih, keterpilihan Gibran di angka 47,7%, lebih tinggi dibanding Erick Thohir, 21,3%. Sedangkan Khofifah Indar Parawangsa hanya memperoleh 14,7%, Mahfud Md mendapat 14,1 %, Muhaimin Iskandar meraih 13,4 %,
Airlangga Hartarto mendapat 12,5%, dan Ridwan Kamil 12%.
“Pencalonan Gibran sebagai Cawapres akan berdampak terhadap perubahan peta politik 2024 dan akan memberikan kontribusi electoral yang besar bila berpasangan dengan Prabowo kelak,” kata Direktur SPIN, Igor Dirgantara, dalam detik.com (4/8/2023).
Potensi dan peluang yang dimiliki oleh Gibran memang sangat besar. Tapi semua itu masih bergantung pada keputusan Mahkamah Konstitusi (MK), dan juga sikap PDI Perjuangan. Sebagai kader PDI Perjuangan, Gibran tidak bisa begitu saja memutuskan pilihan politiknya. Ada etika politik yang harus dia jaga. Begitu pula dari sisi PDI Perjuangan, harus mampu merespon perkembangan politik yang terjadi secara cerdas dan dewasa.
Fenomena Gibran ini harus direspon cepat oleh PDI Perjuangan. Apakah akan mengikhlaskan Gibran apabila dipinang oleh partai lain yang menjadi rival politiknya dalam Pemilu 2024, atau justru menempatkan Gibran menjadi bagian penting dari strategi politik PDI Perjuangan.
Puan Maharani, Ketua DPP PDI Perjuangan, sudah menyatakan bahwa pihaknya akan mempertimbangkan untuk menjadikan Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden pendamping Ganjar Pranowo pada Pilpres 2024. Syaratnya, MK mengabulkan gugatan usia wakil presiden menjadi minimal 35 tahun.
“Kami mencermati hal tersebut. Kalau memang kemudian di MK-nya disetujui ada calon cawapres di bawah 40 tahun, ya bisa saja Mas Gibran yang maju,” kata Puan Maharani, dikutip Tempo.co (17/8/23),
Hal ini menunjukkan PDIP masih ingjn menjadikan Gibran tetap dalam barisan partai berlambang kepala banteng itu. Sekiranya terjadi maka harapan Prabowo menjadikan Gibran sebagai cawapresnya akan sekedar menjadi wacana. Tapi, bukan hal yang mustahil, jika ada kompromi antara Partai Gerindra dengan PDI Perjuangan untuk bersama-sama mengusung Prabowo-Gibran.
Semakin mendekati masa pendaftaran capres-cawapres, pasti akan semakin banyak kejutan yang muncul. Jangan pernah kita lelah untuk menikmati kejutan-kejutan dalam politik. Karena itu akan selalu menjadi bagian dari hidup kita. Entah kita peduli atau tidak.
—-<<<>>>—-