Foto : bbc.com
Jangan Tolak Vaksin, Korupsi Jauh Lebih Aman
Oleh : Mariska Lubis,
Pemerhati Sosial Politik Ekonomi
Denda Rp. 5 juta bagi yang menolak vaksin covid-19 sungguh terasa berat bagi kebanyakan masyarakat Indonesia, terutama dalam keadaan situasi ekonomi yang terpuruk saat ini. Jangankan uang sedemikian besar, untuk mampu membayar rapid test pun sudah sangat sulit. Lagipula resikonya besar bila menolak, lebih baik jangan ditolak dan mulailah korupsi. Jadi koruptor lebih enak, kabur dan sembunyi pun tidak diinjak-injak kehormatannya sebagai rakyat Indonesia. Malah bila berani korupsi, siapa tahu bisa justru mendapat jabatan penting.
Kontroversi soal vaksin covid-19, aman atau tidak, bukan sesuatu yang sepertinya layak untuk dipertimbangkan apalagi dimusyawarahkan bersama. Keputusan pemerintah menjadi sedemikian mutlaknya dan tidak bisa dibantah. Siapa yang berani membantah resikonya berat, walaupun uang yang dipakai untuk membiayai semua urusan Covid-19 ini berasal dari dana masyarakat. Bila pun itu berupa pinjaman, maka tentunya yang harus menanggung beban pinjaman bukan pemerintah semata, tetapi seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali. Rakyat bukan lagi yang berkuasa, suara rakyat dianggap bukan suara Tuhan, pemerintah pun sepertinya menolak bila harus silih berganti.
Beda kalau menjadi koruptor, ini malah lebih aman. Tidak perlu takut dibredel akun sosial media, dan was-was dengan segala pengawasan dan aturan. Selama bisa “kompromi” dan “tahu cara membagi”, semuanya akan aman-aman saja. Rakyat berteriak maling pun, tidak masalah, malah rakyat yang berteriak justru yang lebih sering mendapatkan masalah. Lagipula untuk apa pikirkan rakyat dan orang banyak, yang penting banyak duit, makan enak, punya segalanya. Butuh kerja keras juga untuk bisa korupsi, memangnya segampang itu melakukan konspirasi persekongkolan korupsi?!
Akal sehat tentunya bisa berpikir dengan jernih, bisa membedakan mana yang lebih aman dan menyenangkan. Repot kalau harus melawan keputusan pemerintah dengan menolak divaksin Covid-19, jelas lebih enak korupsi! Siapa juga yang mau memberikan begitu saja uang dalam jumlah besar bila tidak ada maksud dan maunya, ikuti saja, yang penting sama-sama aman dan nyaman. Win-win solution, cincaylah!!!
Bicara soal hati, untuk apa juga. Toh banyak tidak logisnya. Lebih penting apa yang nampak dan jelas oleh mata, kalau tidak kelihatan maka siapa yang tahu secara pasti?! Di mana-mana otak yang terbukti mampu berpikir, sementara hati bagaimana berpikirnya?! Duh!!!
Logika keledai durjana mau dibilang bodoh bisa, dibilang cerdas ya tidak mungkin. Pemikiran pendek kaum primordial sungguh membuat sengsara!!!
Bandung, 07 Januari 2021
Mariska Lubis