Subang. Penanews.net _ Jawa Barat Senin(7/8/2023) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Subang dr. Maxi bersama Ketua Komisi II DPRD Subang, Novaza Shinta menjenguk ke kediaman dua Bocah Kakak beradik yang mengalami lumpuh otak.
Dalam kunjungannya tersebut, Kadinkes Subang dr. Maxi sempat berbincang bersama Susi yang tak lain ibu kedua bocah malang tersebut.
Kadinkes sempat menanyakan tentang kondisi sebenarnya yang dialami oleh kedua anaknya tersebut. Berdasarkan keterangan ibu dari anak-anak ini, bahwa awal anaknya menderita kelumpuhan otak, dialaminya sejak lahir
“Ibunya mengalami hipertensi,sempat kejang-kejang dan saat lahiran Alka ini di vakum atau disedot, sehingga berdampak pada bagian otaknya,” ujar Kadinkes Subang, dr.Maxi, Senin(7/8/2023)
Sementara Alkhtar(5) saat lahir sempat
mengalami kejang, dan seluruh badannya dingin, hingga akhirnya seperti kaya gini kondisinya.
” Sejak lahir, Alkhtar mengalami kejang-kejang dan kedinginan dan tau-tau kakinya malah tidak bisa dibalikan lagi,” katanya
Dari keterangan ibunya, dan kondisi Kedua bocah tersebut saat ini, dipastikan kedua bocah tersebut mengalami kelumpuhan otak atau Cerebarl Palsy.
“Cerebral palsy adalah penyakit yang menyebabkan gangguan pada otot, gerak, dan koordinasi tubuh. Kondisi ini dapat terjadi pada masa kehamilan, ketika proses persalinan, atau di tahun pertama setelah kelahiran,” ungkapnya
Gejala cerebral palsy atau lumpuh otak sangat beragam. Pada tingkat paling parah, cerebral palsy dapat menyebabkan kelumpuhan. Penderitanya mungkin memerlukan peralatan khusus untuk bisa beraktivitas. Penyakit ini bahkan dapat menyebabkan penderitanya tidak mampu berjalan sehingga memerlukan perawatan seumur hidup.
“Kerusakan otak pada cerebral palsy bersifat permanen yang menyebabkan gangguan pergerakan dan postur tubuh. Selain itu, kondisi ini juga dapat menimbulkan gangguan kecerdasan,”ucapnya
Selain itu gangguan pada otot di sekitar wajah akibat cerebral palsy dapat mengakibatkan penderitanya kesulitan dalam berbicara dan makan.
“Penderita cerebral palsy umumnya mengalami gangguan pada pertumbuhan dan perkembangannya. Terhambatnya pertumbuhan anggota tubuh sehingga ukurannya akan lebih kecil dibandingkan dengan ukuran normal, terlambatnya perkembangan kemampuan gerak, seperti duduk, berguling, atau merangkak, Gangguan kecerdasan dan belajar,” tuturnya
“Tak hanya itu, Kerusakan pada otak dapat mengakibatkan gangguan pada sistem saraf, seperti: Kejang (epilepsi), gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, kurang merespons terhadap sentuhan atau rasa nyeri, Kondisi kesehatan mental, seperti gangguan emosional dan perilaku, Ketidakmampuan dalam menahan buang air kecil (inkontinensia),” imbuhnya
Pemerintah Kabupaten Subang dalam hal ini Dinkes akan berkolaborasi dengan Dinas Sosial dan kementerian sosial untuk membantu penanganan medis kedua bocah yang mengalami kelumpuhan otak tersebut.
“Kami akan merujuk kedua anak ini untuk mendapatkan penanganan medis dari dokter anak, kemudian dirujuk ke rehabilitasi medik.Karena untuk Alka khususnya masih punya peluang untuk sembuh dan kembali normal selama ditangani medis dengan baik,” katanya
Dua bocah kakak beradik, Alka dan Akhtar yang menderita lumpuh otak sejak lahir. Keduanya merupakan anak dari Pasangan suami istri (Pasutri) Susi Widiastuti dan Asep Herdiana ni diketahui merupakan warga kampung Sukajadi RT/RW 41/12, Kelurahan Soklat, Kecamatan Subang, Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Saat ini, Kondisi keduanya semakin memprihatinkan dan membutuhkan uluran tangan atau perhatian dermawan dan pemerintah.
Berdasarkan keterangan Ibu kandung Alka dan Akhtar, Susi Widiastuti, bahwa kedua anaknya itu memiliki riwayat sakit sejak lahir.
Perempuan beranak dua ini, mengungkapkan kalau anak bernama Alka Anak Pertamanya kini berumur 11 tahun dan yang kedua Akthar berusia 5 tahun.
“Kedua anak saya, saat ini tidak bisa melakukan aktivitas apa-apa, hanya tidur terlentang,”ungkap Susi saat ditemui awak media, Sabtu(5/8/2023) malam.
Lebih lanjut dia menjelaskan, kedua anaknya pernah saya bawa ke Rumah sakit. Namun menurut pihak Rumah Sakit Ini udah engga bisa dengan medis dan harus diterapi.
“Jadi saya hanya bisa pasrah saja, apalagi saya yang hanya orang tidak punya apa-apa dan untuk Makan pun sulit apalagi untuk biaya berobat anak saya,”jelasnya.
Susi pun mengungkapkan kronologi kedua anak kesayangannya yang kini hanya bisa terbaring tidur di kamar.
“Sebelumnya anak saya mengalami kejang, disertai dingin, tau-tau kakinya malah tidak bisa dikembalikan ke keadaan semula lagi. Saya hanya bisa berdoa dan pasrah saja semoga anak saya bisa sembuh lagi dan bisa bermain seperti anak-anak sebayanya,”ungkapnya.
“Dan semoga, ada dermawan yang mau membantu pengobatan kedua anak saya,”imbuhnya.