penanews.net _ Segala Puja dan Pujian hanya milik Alloh Ta’ala. kami memuji, memohon pertolongan, memohon ampunan-Nya, kami berlindung kepada-Nya dari kejelekan amalan kami. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Alloh, maka tidak ada seorang pun yang dapat menyesatkannya. Dan sebaliknya, barang siapa yang disesatkan oleh Alloh Azza wa Jalla, maka tidak ada yang memberi petunjuk kepadanya. Kami bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah selain Alloh Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan kami bersaksi bahwa Nabi Muhammad Shallallohu ‘alaihi wa sallam adalah hamba dan utusan-Nya. Amma Ba’du.
Sebaik-baik petunjuk adalah Kitabulloh (Al-Qur’an), dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasululloh yang merupakan sunnah, dan seburuk-buruk perbuatan dan perkataan adalah rekaan dan setiap rekaan adalah Bid’ah dan setiap bid’ah. sesat dan setiap kesesatan ada tempatnya di naar (neraka)”.
Tema Bahasan:
*“Mengenal Apa itu Thoghut”*
✍🏻
Oleh:
*Al Ustadz Abu Fayadh Muhammad Faisal al-Jawy AlBantani, S.Pd, M.Pd, I, M.MPd* حفظه الله
Muroja’ah/Dikoreksi Oleh:
*Dr. Muhammad Ubaidillah Al Ghifari Slamet, Lc, MA* حفظه الله
(Dosen IIQ/Institut Ilmu Al Qur’an Jakarta, Alumnus Dauroh Masyayikh di Jeddah Saudi Arabia)
Sesungguhnya yang pertama kali diwajibkan oleh Alloh Azza Wa Jalla dari setiap hamba-Nya adalah mengingkari thoghut dan hanya beriman kepada Alloh Ta’ala , sebagaimana firman-Nya: “Barangsiapa yang kafir kepada Thoghut dan beriman kepada Alloh, maka sesungguhnya dia telah berpegang teguh pada simpul tali yang sangat kuat yang tidak akan putus”. (QS. Al-Baqarah: 256).
Dan Dia berfirman: “Sesungguhnya Kami telah mengutus seorang Rasul kepada setiap umat (untuk memanggil); Sembahlah Alloh (saja) dan jauhilah Thoghut itu”. (QS. An-Nahl: 36).
Sesungguhnya siapa yang Thoghut dan apa perannya di tengah-tengah umat manusia di setiap zaman, hingga Alloh Ta’ala setiap kali dia mengutus seorang Rasul dia selalu membebani dirinya dengan tugas menjaga umatnya dari kejahatan Thoghut.
Syaikh al-Imam Ibnu Taimiyah Rahimahulloh berpendapat bahwa Ath-Thoghut memiliki timbangan kata Ath-Thughyaan yang berarti melampaui batas kezaliman dan kemurtadan. Dan dia menjelaskan bahwa segala sesuatu yang disembah selain Alloh – jika dia tidak membenci ibadah itu – maka dia adalah Thoghut. Orang yang diikuti dengan maksiat, orang yang diikuti dengan tidak mengikuti tuntunan nabi dan agama yang benar, baik berupa menerima risalahnya yang jelas-jelas bertentangan dengan Kitabullah maupun menaati perintahnya yang bertentangan. atas perintah Alloh, maka dia adalah Thoghut. Oleh karena itu, orang yang dijadikan acuan hukum tanpa kitabulloh adalah Thoghut. (Lihat Kitab Al-Fatawa 28/200). Al-Allamah Al-Mujaddid Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab At-Tamimi Rahimahulloh mengelompokkan tokoh-tokoh Thoghut sebagai berikut:
*Setan*
Khalifah Umar bin Khathtab Radhiyallohu ‘Anhu mengatakan bahwa thogut adalah setan. Maknanya mencakup semua kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang bodoh, termasuk penyembahan berhala, meminta bantuan dan menghukum mereka. Setan mengajak manusia untuk menyembah selain Alloh. Ada dua macam syetan, yaitu syetan dari golongan jin dan syetan dari golongan manusia, sebagaimana Alloh berfirman: “Dan demikianlah Kami jadikan musuh bagi setiap nabi, yaitu setan-setan (sejenis) manusia dan (sejenisnya) dari manusia. jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain kata-kata indah untuk menipu (manusia)”. (QS. Al-An’am:112).
Orang yang mengajak untuk memelihara tradisi memberi tumbal atau sesaji pada suatu hal, maka dia adalah manusia setan karena dia mengajak orang lain untuk melakukan ibadah (ketaatan) kepada selain Alloh Ta’ala. Orang yang mengajak untuk meminta shalawat kepada orang yang sudah meninggal, maka dia adalah manusia setan karena dia mengajak orang lain untuk meminta shalawat kepada selain Alloh Ta’ala.
Orang yang mengajak untuk menegakkan hukum-hukum buatan selain Alloh, maka dia adalah manusia setan karena mengajak orang lain untuk menjauhi hukum-hukum Alloh Ta’ala. Orang yang mengajak menghalang-halangi tegaknya Syariat Islam (ALLOH), maka dia adalah manusia setan karena mengajak orang lain untuk membenci Al-Qur’an dan As-Sunnah yang telah diridhoi oleh Alloh Ta’ala. Dan memang begitulah sifat setan terhadap semua manusia yang selalu ingin menyesatkan manusia dengan kesesatan yang paling jauh, sebagaimana beliau bersabda: “Setan bermaksud menyesatkan mereka dengan kesesatan yang paling jauh”. (QS. An-Nisaa’: 60).
*Penguasa/Pemimpin (ULIL AMRI) Zhalim*
Penguasa tiran adalah penguasa yang suka mengubah dan menyingkirkan hukum-hukum Alloh, sehingga segala sesuatu yang semula haram – karena demi dirinya – diperlakukan sebagai sesuatu yang halal dan sebaliknya. Al-Imam Syeikh al-Islam Ibnu Taimiyah Rahimahulloh berkata: “Orang-orang ketika mereka menghalalkan sesuatu yang diperjanjikan menjadi haram atau mengharamkan sesuatu yang disepakati menjadi halal atau mengubah syariat yang telah disepakati, maka dia adalah kafir murtad dengan kesepakatan para fuqaha. (Lihat Kitab Al-Majmu Al-Fatawa 3/267).
Para penguasa tirani di zaman sejarah termasuk Firaun, ‘Aad, dan Tsamud. Mereka bertindak sewenang-wenang dan melakukan banyak kerusakan di bumi. Mereka menolak penerapan syariat agama Tauhid (Alloh) yang akan mengatur sendi-sendi kehidupan mereka dan kemudian diakhiri dengan hukuman cambuk yang sangat pedih. Apakah penguasa tiran pada saat ini? Mari kita jawab sendiri pertanyaan ini dengan terlebih dahulu mengamati karakter penguasa (ras) yang menentang syariat agama Tauhid (Alloh) pada periode sejarah dengan pemerintahan yang berkuasa saat ini.
*Yang Memutuskan Hukum Bukan Dengan Hukum Tuhan*
Kepala Suku, Kepala Adat, atau Kepala Pemerintahan yang memutuskan perkara manusia dengan hukum adat adalah Thoghut, karena dia mengajak orang untuk tidak mengetahui hukum Alloh Ta’ala , tetapi orang diajak hanya untuk tunduk dan beriman. dalam diri mereka sendiri. Hakim yang memutuskan hukum tidak dengan hukum Alloh adalah penguasa kezaliman, karena ia dengan sengaja menghilangkan syariat Alloh Azza wa Jalla, sebagaimana firman-Nya: “Barangsiapa yang tidak memutuskan suatu perkara menurut apa yang diturunkan Alloh. , maka mereka adalah orang-orang yang zalim”. (QS. Al-Maidah: 45). Al-Imam Ibnu Katsir Rahimahulloh berkata:“Barangsiapa meninggalkan syariat yang baku, yang diturunkan kepada Muhammad Ibn Abdillah Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam sampul para nabi dan karena itu dia mengacu pada aturan yang telah dihapus, maka dia telah kafir. Apa salahnya orang yang mengacu pada hukum buatan manusia dan mendahulukannya dari aturan Nabi Muhammad Shallallohu ‘alaihi wa sallam, maka dia kafir menurut ijma kaum muslimin”. (Lihat Kitab Al-Bidayah 13/119).
Hal ini sebagaimana firman-Nya: “Barangsiapa yang tidak memutuskan suatu perkara menurut apa yang diturunkan Alloh, maka mereka adalah orang-orang yang kafir”. (QS. Al-Maidah: 44).
Sesungguhnya setiap hukum selain hukum Alloh adalah kebodohan dan setiap orang yang berlindung pada hukum selain hukum Alloh berarti dia menginginkan hukum kebodohan, sebagaimana Dia berfirman: “Apa hukum kebodohan yang mereka inginkan, dan (hukum) siapakah yang lebih baik dari (hukum) Tuhan bagi orang-orang yang beriman? ”. (QS. Al-Maidah: 50).
*Orang yang Mengaku Mengetahui Yang Gaib*
Semua yang gaib hanya di tangan Alloh, sebagaimana Dia berfirman: “Dia mengetahui yang gaib tetapi Dia tidak menunjukkan kepada siapa pun tentang yang gaib”. (QS. Al-Jin: 26). Dan firman-Nya: “Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui yang ghaib kecuali Alloh Tabarakta wa Ta’ala”. (QS. Al-An’am: 59). Oleh karena itu jika seseorang mengaku mengetahui yang ghaib, maka dia adalah seorang Thoghut karena dia telah menyamakan dirinya dengan Keagungan Alloh Ta’ala.
Kahin (peramal, dukun, paranormal, dll). Pada umumnya ia selalu mengaku mengetahui ilmu gaib, padahal itu termasuk menyalahgunakan hak Alloh Ta’ala , karena Nabi Muhammad bin Abdillah Shallallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : (HR.Ahmad).
*Orang yang Disembah (Disembah)*
Seseorang atau sekelompok orang yang membuat aturan yang bertentangan dengan aturan Tuhan dan
Rasul-Nya dan berharap agar aturan-aturan itu ketika dilaksanakan dipatuhi oleh seluruh umat manusia, maka dia adalah seorang Thoghut karena dengan bangga dia mengajak seluruh manusia untuk tunduk (beribadah) kepadanya dengan menaati aturan-aturannya. Al-Allamah Syaikh Abdurrahman bin Hasan bin Muhammad bin Abdul Wahab At-Tamimi Rahimahulloh berkata: “Setiap orang yang mengacu hukum kepada hukum selain Kitab Alloh dan Sunnah Rasul-Nya, maka dia telah merujuk hukum kepada Thoghut, yang Alloh Ta’ala telah memerintahkan hamba-hamba-Nya yang beriman untuk mengingkarinya”. (Lihat Kitab Fathul Majid 369).
Dengan demikian mengambil keputusan hukum adalah ibadah, oleh karena itu tidak boleh ditujukan kepada selain Alloh. Jika seseorang mengambil keputusan hukum dari selain Alloh itu berarti dia telah menyembah selain Alloh. Seseorang tidak dikatakan beriman kepada Alloh sebelum dia benar-benar melakukan penyangkalan terhadap Thoghut. Ketika seseorang tidak mau mengingkari thoghut dalam keadaan masih melaksanakan salat, shaum (puasa), zakat, haji dan sebagainya, maka segala amal ibadah yang dilakukannya menjadi sia-sia karena sama sekali tidak bermanfaat baginya dan dia bukanlah salah satu orang yang mendapat kabar gembira dari Alloh Tabarokta wa Ta’ala. Alloh Azza wa Jalla berfirman: “Dan orang-orang yang menjauhi thoghut (yaitu) tidak menyembahnya dan kembali kepada Alloh, bagi mereka itu adalah kabar gembira, maka sampaikanlah kabar itu kepada hamba-hamba-Ku”. (QS. Az-Zumar: 17).
Wallohu ‘Ta’ala A’lam. Terima kasih. Barakallohu’ Fiikum, semoga Risalah Singkat ini bermanfaat. Wa’akhiru Dakwatuna. Subhanakallohumma ‘Wabihamdikaa’ Ashadu’alaa ‘illaa Anta Astaqfiruka Wa’athubuhu’ Ilaika. Nun Wal Qolami Wamaa ‘Yasthurun, Walhamdulillahirobbil Alamien. Wallohu ‘Ta’ala A’lam bish Showab.
Dan segala puji bagi Allah Robb semesta alam dan shalawat serta salam atas nabi kita Muhammad Ibn Abdillah Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam dan keluarganya dan para sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik sampai hari kiamat.
*Maraji’/Referensi:*
1. *Kitab Nawaqidhul Iman Al-Qauliyah wal Fi’liyah* (Perbuatan dan Ucapan pembatal keimanan), Karya: Al-Allamah Fadhilatush Syaikh Dr. Abdul Aziz bin Muhammad bin Ali Abdul Latif Rahimahulloh
2. *Kitab Al-Haqq wal-Yaqin fi ‘Adawat At-Tughat wal-Murtaddin Min Kalami A’immatil Dakwah An-Najdiyyah*, Penulis: Al Allamah Syaikh Abu Abdurrahman Al-Atsari Rahimahulloh, dllnya.
Materi Kultum Sholat Isya’ dan Tarawih disampaikan Pada 10 April 2022 di *Masjid Al Jihad* Perguruan Muhammadiyah Kota Bekasi Jelang Aksi Bukber 11 April 2022 di DPR-MPR Jakarta,
Salam Ahadun Ahad ☝️ Allohu Akbar ✊ Isy Kariman Aw Mut Syahidan (Hidup Mulia Atau Mati Syahid)
*Jika Bermanfaat Info ini Seluas-seluasnya di Sebarkan, Syukron, Barokallohu fiikum*