Nunu A Hamijaya
Bandung penanews.net Jawa Barat- menulis bab khusus tentang Darul Islam (Bab6).Fogg mengakui bahwa banyak orang Indonesia secara otormatis berpikir tentang DI-nya S.M. Kartosuworjo di Jawa Barat, Ketika berpikir tentang perang atas nama Islam untuk mendirikan pemerintahan Islam di Indonesia saat revolusi dan sesudahnya.
Ia menyatakan,” kasus ini terkanal katena tumbuh sebagai sebuah pemberintakan tahun 50-an dan menyebar ke daerah-daerah lain di Indonesia. Tersohor pula karena melahirkan dan mengilhami kaum radikalIslam yang terlibat akais-aksi kekerasan terhadap negara Indonesia dan kelompok-kelompok non Muslim sejak 1990-an. Dampak lanjutan dari Gerakan ini setelah revolusui manarik perhatian dari semua sisi,sehingga dipandang sebagai kasus luar biasa dan sebagai peringatan tentang bahayanya pemberontakan Islam.
Menutunya, faktanya gerakan DI memang istimewa,tapi tidak dalam semua cara yang diyakini pemahaman popular saat ini. Nama gerakan ini, dikenal sebagai Darul islam memang tepat sekaligus menyesatkan. Para pejuang ditingkat akat rumput lebih menyebut dirinya sebagai pejuang DI,dan nama itulah yang terpatri dalam sanubarinya dan diskursus popular hingga saat ini dibandingkan dengan nama resminya sebagai Negara Islam Indonesia. Islam memang menjadi fondasi ideologi (meminjam istiah Chiara Formichi) yang mendasari gerakan bersenjatanya.
Fogg menulis ulang tentang perjuangan Jihad DI/TII – nya SM Kartosuwirjo dalam kaitannya dengan Revolusi Indonesia, yang menyatakan :
‘Ketahuilah! Bahwa perjuangan yang kami usahakan hingga berdirinya Negara Islam Indoesnia itu adalah kelanjutan perjuangan kemerdekaan, menurut dan mengingat Proklamsi 17 Agustus 1945”
Kasman Singodimejo, seorang politisi dari Partai Masjoemi, yang terlibat bersama Ki Bagoes Hadikusumo dalam peristiwa dihapusnya 7 Kata dalam Mukadimmah UUD 1945 hasil Panitia BPUPKI, yang saat itu menjabat Kepala Pengadilan Militer Indonesia menulis surat kepada Menteri Pertahanan sebagai jawaban dalam pemeriksaan tentang seruan S.M. Kartosoewirjo mengatakan,
“Pengumuman Perang Sabil oleh SM Kartosuwirjo menurut kaca-mata agama, terutama berdasarkan keadaan darurat, boleh tidak salah. Berdasarkan politik negara yang menghadapi revolusi nasional sekarang ini, disandarkan pula pada anjuran dari pihak pemerintah untuk mengadakan perjuangan pembelaan yang total.(volksdefensie) dan gerilya rakyat, maka tindakan S.M. Kartosuwirjo itu telah pada tempatnya.Pemerintah tidak bisa lain daripada bersyukur kepada Allah, yaitu Tuhan Yang Maha Esa Republik Indonesia sebab putra-putranya ada yang berani dan perwira semacam S.M. Kartosuwirjo.
Surat dari Kasman Singodimejo,22 Oktober 1947, bersama dengan Burhanudin Harahap mengemukakan pembelaan atas Darul Islam dihadapan komando TNI pada Desember 1948.(Sumber ANRI RA10,Documenten,#218.
Menurut Foog, faktor utama yang menjaidkan DI istimewa adalah sosok pemimpinya yaitu SM, Kartosuwirjo.
Narasi sejarah banyak menulis keliru tentang hubungan yang dekat antara Soekarno dan SM Kartosowirjo. Padahal, salahsatu tokoh yang punya hubungan dekat secara pribadi dengannya adalah Harsono Tjokroaminoto (putra HIS Tjokroaminoto)
“ ..wataknya yang keras,…Mas Karto itu, tidak bisa digolongkan orang yang biasa disebut pemimpin yang diplomatis… bagi saya Mas Karto itu lebih kenak kalau dinamakan seorang pemuka atau perintis jalan-perintis sesuau ide dan perintis sesuatu gagasan.. Watak ataupun pribadinya Mas Karto itu bukanlah watak yang sekadar mengikuti ataupun sekedar anut grup, melainkan , beliau itu selalu ingin ke muka dan di muka dengan membawa gagasan-gagasannya (Sejarah lisan bersama HT diwawancarai oleh Wardiningsih Surjiharjo,ANRI SL1 1982#60 tape 12)