KITA AKAN TERUS IKUT MUSA
Karya : Neno Warisman
Tidak, saudara.
Kita tidak akan pernah ikut Firaun
Betapapun mengguncangkan segala yang Firaun lakukan dengan kekuasaan di tangan.
Hukum mengubur bayi bayi perempuan. Siapa itu bayi bayi yang dikubur di pagi dini hidupnya? Adalah pemikiran. Adalah rasa kemanusiaan. Adalah kebebasan menyatakan pilihan pilihan pendapat dan perasaan. Adalah cita rasa keadilan.
Dan itu semua Firaun tak inginkan.
Dan kita akan terus ikuti langkah Musa AS. Musa tak memberi jabatan. Tak memfasilitasi perdagangan
Tak menyandera proyek proyek mega trilyunan. Tak menguasai pasukan keamanan. Tak memimpin orkestrasi oligarki apapun.
Musa hanya mengajak berdiri di atas kehambaan
Takut pada Tuhan.
Tak mau tinggalkan rasa keadilan
Berpegang teguh pada aspirasi kebenaran
Bersedia menderita oleh karena keyakinan yang dipersalahkan
Tangguh dan ikhlas dieksekusi dipersekusi diintimidasi seluruh perangkat hukum yang tak menyenangkan
Memanggil setiap diri untuk terus sabar mengikuti perintah Tuhan
Hingga akhirnya mengajak semua
Percaya pada Janji pertolongan Tuhan
Dan musa dan pengikutnya terdesak dikejar pasukan Firaun di tepi lautan.
Buntu.
Tak ada lagi jalan.
Buntu.
Seluruh organ kekuasaan telah memainkan instrumen kematian yang mengerikan.
Buntu
Seolah ini semua akan berujung tanpa ada satu pun harapan.
Tapi tunggu
Saudara
Kita tetap tak akan pernah ragu dalam satu hal ini. Walau tak ada keajaiban kasat mata dengan tongkat Musa yang membelah lautan dan Musa sendiri serta pengikutnya telah menjadi kisah hamba beriman yang diselamatkan Tuhan!
Sedang kita disini tak punya Musa! Kita hanya tinggal punya bisik hati yang merintih pedih.
Tapi apakah kita berhenti meyakini?
Tidak, saudara.
Kita tetap akan mengkuti langkah Musa! Betapapun sumir dan nisbi bayang bayang!
Karena kita percaya
Tak ada yang lebih berharga dari keyakinan kita pada pertolongan Tuhan.
Walau Musa tak nampak. Ia adalah gagasan yang hidup dalam rasa kebenaran.
Biarlah sebagian besar kawan kita keluar dari barisan dan mengatakan ini semua sisat siasat saja agar keadaan tidak menjadi lebih buruk.
Bahkan dalam pasukan lawan bisa membuka kran kran kemudahan yang diperuntukkan bagi semua..kata mereka yang memilih keluar dari penderitaan berseberang dengan kekuasaan.
Tetaplah
Kita di ujung air.
Kaki kaki kita telah basah..
Ombak telah menyapa..
Derap pasukan kuda firaun telah bergemuruh semakin dekat.
Kepulan debu pasirnya membubung bergulung memberi rasa takut pada pedang yang akan ditebas tebaskan.
Laut akan merah.
Genangan darah mungkin adalah kita yang berada di tepian menunggu tongkat Musa menyelamatkan.
Atau pertolongan Tuhan yang tak dapat direkayasa dan tak dapat dieja membelah lautan tanpa perlu tongkat sakti..laut membelah dirinya sendiri dan kita akan sampai di seberang sebagai orang orang yang diselamatkan.
Kita tak punya Musa lagi kawan.
Tapi kita masih punya sebutir hati.
Pada hati itulah tongkat Musa disimpan.
Dirahasiakan Tuhan bagi mereka yang tak percaya. Namun diterang benderangkan bagi mereka yang tak mau mengikuti kezaliman.
Wahai saudara
Kita tetapkan di sini sekali lagi.
Kita tetap akan bersama Musa dan Tuhan Musa itu
Sampai binasa.
Begitulah perjuangan, saudara
Tak ada keraguan.
Tuhan pasti datang
Membawa kebahagiaan bagi orang orang yang teguh dan kukuh dalam kesahajaan.
Dari Kumpulan Puisi Neno Warisman
Bnw
24 des 2020.
NENO WARISMAN