Konflik Lagi! Manchester United Jatuh Karena Ekspektasi

penanews.net _ Manchester United lagi-lagi dilanda konflik internal. Belakangan ini tersiar kabar bahwa pelatih baru mereka, Ralf Rangnick, berkonflik dengan para punggawa Setan Merah. Konflik tersebut dipicu karena pemain Manchester United  tidak menyukai strategi gegenpressing milik Rangnick. Strategi tersebut dianggap membuat pemain kewalahan serta kelelahan, terlebih strategi tersebut belum pernah diterapkan oleh Solskjaer, pelatih sebelum Rangnick. Sebenarnya, konflik internal yang ada di kubu Manchester merah bukan musim ini saja. Di musim-musim sebelumnya, tim ini juga selalu didera konflik antara pelatih dengan pemain, maupun pelatih dengan pihak klub. Sebut saja konflik Mourinho dengan para pemain Manchester United pada tahun 2018, yang mana pria asal Portugal tersebut dianggap gagal mengembalikan kejayaan MU. Perlu digarisbawahi bahwa konflik para pelatih dengan tim tersebut selalu berakar dari buruknya performa Manchester United.

Sesungguhnya, jika berkaca pada data, tentunya performa Manchester United dapat dikatakan tidak terlalu buruk. Lalu, beberapa tropi yang disumbangkan pelatih-pelatih sebelumnya juga tidak boleh dianggap sebelah mata. Manchester United setelah era kepelatihan Sir Alex Ferguson (Sir Fergie)  juga dapat meraih prestasi. Hanya aja, Manchester United terkesan masih belum move-on dengan segudang prestasi di masa kepelatihan Sir Fergie. Sehingga, setiap pelatih yang datang ke Old Trafford selalu dituntut menghasilkan gelar yang hebat layaknya Sir Fergie. Akan tetapi, harus diingat bahwa tidak mudah melatih klub sebesar Manchester United. Sehingga, jika Manchester United berekspektasi bahwa pelatih baru mereka akan segemilang Sir Fergie,maka hal itu sama saja seperti menyakiti diri sendiri.

Seperti yang telah dikatakan bahwa setelah sepeninggalan Sir Fergie, Manchester United sebenarnya cukup berprestasi. Misal di era David Moyes, Setan Merah meraih Tropi Community Shield. Pada masa Louis Van Gaal, MU meraih 1 tropi Piala FA. Di era Jose Mourinho, MU meraih Tropi  Community Shield, Piala Liga, hingga Piala Europa, yang masing-masing berjumlah satu. Sementara pada masa Ole Gunnar Solskjaer, MU berhasil menduduki posisi kedua di tabel klasemen EPL  2020/2021 serta menjadi runner-up Liga Europa. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Manchester United cukup berprestasi, meskipun tidak segemilang pada masa kepelatihan Sir Fergie. Artinya, Setan Merah tidak mesti selalu menyalahkan pelatih mereka yang tidak menyumbangkan prestasi, sebab itu berbanding terbalik dengan data. Namun, Setan Merah harus mulai berlapang-dada dan menerima kenyataan bahwa cukup sulit bagi para pelatih untuk memberikan banyak tropi layaknya Sir Fergie. Manchester United harus mulai mencoba untuk tidak berekspektasi setinggi percapaian yang telah diraih bersama Sir Fergie. Sehingga, konflik internal akan terminimalisir.

 

Pewarta: Efendi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *