Bogor. penanews.net _ Jawa Barat. Kekeringan yang melanda wilayah Jawa Barat semakin meluas. Sukabumi Dan Bogor menjadi wilayah terdampak dan mengalami krisis air bersih.
Menyikapi bencana kekeringan ini, Dompet Dhuafa (DD) masih terus memberikan dan mendistribusikan bantuan air bersih di dua wilayah tersebut terdampak yakni Desa Cisarua dan Desa Balekambang dengan total sebanyak 24. 000 Liter.
“Hari Kamis, (14/09/2023) kami telah menyalurkan 16. 000 liter air bersih di Desa Cirasua, dengan cakupan Kampung Cisadaria, Depok, Kubang, Cibodas dan Babakan dengan total penerima manfaat sebanyak 1.249 jiwa,” ujar Adinda Suryahadi, Penanggung Jawab Pendistribusian Air Bersih Dompet Dhuafa.
Sedangkan untuk di wilayah Bogor, Dompet Dhuafa juga memberikan dan mendistribusikan air bersih sebanyak 80. 000 Liter untuk 10 titik cakupan wilayah terdampak di Kecamatan Cibungbulang.
Herman Budianto selalu General Manager Lingkungan dan Budaya Dompet Dhuafa, berterima kasih kepada para donatur yang sudah mendorong kegiatan ini sehingga dalam seminggu Dompet Dhuafa dapat mendistribusikan air bersih dengan cakupan wilayah Bogor hingga Sukabumi.
Dampak kekeringan dan krisis air bersih yang melanda Indonesia ini, lanjutnya, sangat berdampak bagi masyarakat khususnya kesehatan.
“Kami mendorong kerjasama berbagai lini masyarakat seperti stakeholder, corporate, komunitas dan lain-lain. Sehingga kekeringan dapat kita atasi bersama-sama,” ujar Herman Budianto.
Sementara seorang tokoh warga Kampung Bojong Neros, Ahmad Alpian menerangkan bahwa krisis air di desanya sudah hampir dua bulan berlangsung, dan saat ini air di sumur warga hanya tersisa satu hingga dua ember saja.
“Kekeringan sudah hampir lebih dua bulan. Kalau pun warga ada yang punya sumur, air nya hanya dapat satu dua ember saja. Dan itu tidak mencukupi kebutuhan sehari – hari. Alhamdulillah ada bantuan air bersih dari Dompet Dhuafa. Ini sangat luar biasa dan bermanfaat, khususnya untuk kami penerima,” ujar Alpian.
Sebagai informasi, selama musim kemarau ini banyak warga yang mencuci pakaian dan mandi di Sungai Cianten yang berjarak 3-4 km dari rumah warga. Tak hanya itu, bahkan beberapa warga harus terpaksa menyewa mobil angkutan umum untuk menuju ke sungai.
“Kalau lagi tidak ada (air), kita ke Sungai Cianten. Dua hari sekali kita ke sungai Cianten untuk nyuci baju, bareng-bareng sekampung. Biasanya ada dua mobil, selama musim kekeringan ini,” tambah Alpian.