Oleh : Marra Narayan
Harus kuakui, diriku suka dengan kebebasan, tanpa ada yang membatasi, tanpa beban, tanpa terlibat campur tangan orang lain, menjadi diri sendiri tanpa peduli mereka ingin berkata apa, lagipula mustahil juga bagi mereka untuk mengerti apa yang kulakukan. Dibilang malas dan bodoh sudah biasa, bukankah sebenarnya enak kalau tidak harus memikirkan dan melakukan apa-apa?
Menghasilkan sesuatu sendiri yang berdasar pada pemikiran sendiri, entah mengapa terasa lebih nikmat daripada menemukan sesuatu di internet dan menjiplaknya hanya untuk menyelesaikan sesuatu. Tidak terikat urusan bisnis, tidak peduli berapa harganya, tidak peduli soal tren yang sedang populer, tidak peduli dibilang jelek sekalipun. Beda ceritanya kalau diberi tugas banyak dan harus selesai hari itu juga seperti saat bersekolah dulu.
Melihat lekukan badan para perempuan bervagina menghiasi ruangan dengan berbagai macam bentuk dan rupanya membuat terpesona siapapun yang meliriknya. Bagaimana dengan yang laki-laki? Biarkan saja dia ikut berpose, dikelilingi para perempuan sambil memamerkan kejantanan penisnya. Ingin rasanya kuberada di posisi seperti itu, kalaupun ada yang porno di sini, itu hanyalah di dalam pikiranmu yang sudah ternodai.
Suara hembusan angin bersiul ditemani rintikan hujan yang semakin lama semakin deras, beserta secangkir kopi panas, kubiarkan diriku menutup mata, menikmati suara yang dihasilkan mereka. Di saat mereka pergi, kumpulan lagu yang membanjiri emosi siap menemaniku, jauh lebih baik daripada mendengarkan teriakan tak beraturan dari seseorang yang kutahu.
Terangnya cahaya bulan menemani kegelapan malam dingin nan sepi. Tanpa ada seorang pun disekitarku, tanpa ada raungan binatang buas yang memarahiku, kunikmati tiupan angin yang menyelimuti seluruh badanku yang tanpa busana. Secara perlahan kukenang kembali semua hal baik yang terjadi dan berkata secara berlahan “ini baru seni”.
Marra Narayan
Ilustrasi: Setkab.go.id