Bandung penanews.net Jawa Barat- Teka teki, kalkulasi, analisis, ramalan tentang capres bukan main menariknya. Sebut saja AB yg bukan kader partai yang paling banyak relawan dan pendukungnya. Kalo memperhatikan hasil survey dan kunjungan ke daerah, siapapun akan berpendapat sama bahwa AB akan menang. Tapi apakah akan lolos babak penyisihan ? Konon kabarnya ada 2 partai lainnya yg akan dukung, sehingga banyak yang optimis lolos, tapi belum tentu juga. Hitungan matematika berbeda dengan hitungan politik. Nah ini tugas relawan untuk memastikannya.
Calon lain yang bukan dari Partai, RR, Insinyur tapi ahli Keuangan, suaranya lantang dan pintar, tapi belum ada 1 pun partai yang mendekat. Relawan dan pendukungnya tidak seriuh calon diatas. Peluangnya masih sangat jauh.
Kedua calon ini tergolong lurus dan bukan calon unggulan presiden, malah cenderung untuk untuk disingkirkan, supaya tidak masuk babak penyisihan. Memang aneh juga demokrasi ala Jokowi ini, calonnya dia yang milih. Soal masuk atau tidaknya ke babak penyisihan itu lain soal.
Calon kader partai sudah rame duluan, spanduk & baliho dimana mana, sampai ditempat bencana juga terlihat sangat menyolok. Anehnya tidak ada pasukan TNI yang mencabuti baliho tersebut, walau disinyalir tanpa ijin resmi.
Kader partai yang paling fenomenal adalah PS yang juga Ketua partai, terkenal dengan jargonnya akan timbul dan tenggelam bersama rakyat. Saat ini tengah melobi kesana dan kesini mencari dukungan dan koalisi, sayangmya tidak termasuk calon yang didukung Jokowi. Sampai saat ini juga belum menemukan partner yg cocok, sehingga masih jauh menuju babak penyisihan. Yg menarik di partai & sayap partainya sendiri ada yg tidak mendukung. Mungkin PS harus legowo menjadi king maker dan akan lebih bisa berperan banyak jika memimpin legislatif.
Ada juga kader partai hijau, MI (entah hijau muda, hijau tua atau hijau kuda), yg sibuk mengkampanyekan dirinya jadi presiden, tapi jadi wakilpun jadi. Lucunya orang partainya juga tidak semua dukung. Rupanya targetnya bukan kadi presiden atau wapres, tapi jadi menteri pun ok. Kadernya sibuk menghadang ulama lurus dan menjaga gereja. Wah ini lebih sulit lagi mencapai babak penyisihan, karena sifatnya yang mencla mencle dan track recornya tidak jelas.
Kader partai kuning EH, ingin juga ikut kompesisi presiden, balihonya paling banyak, sayang miskin prestasi dan dikenal sebagai pendukung setia rejim & RRC serta pendukung IKN yg militan. Untuk mencapai presidential threshold 20 % sulit sekali, bahkan untuk mencalonkan diri menjadi Wapres saja berat. Calon ini siap bekerja sama dengan pihak manapun juga asal ikut di dalamnya.
Yang agak rame sekarang adalah partai merah, GP kader yg didukung oleh presiden ini justru miskin prestasi, penggemar pornografi dan seneng main barongsai, justru tidak direstui oleh ketua partainya. Setiap kunjungan ke daerah, minim dukungan. Calon pilihan investor politik, karena karakternya mirip dengan yang sekarang, siap2 untuk kecewa. Partai merah ingin mencalonkan kadernya PM yang menjadi ketua DPR. Sayang kader ini sudah terlanjur imagenya buruk, walau dipoles tidak akan banyak membantu. Kedua calon dari partai merah ini sejak lama berbau kasus KTP, artinya jika ada yg usil, posisinya tidak akan aman
Partai merah ini sebenarnya punya banyak kader yang mumpuni, tapi tidak menonjol. Jika harus trah Soekarno ada juga sebenarnya calon lain, kan anak BK yg seibu dan lain ibu masih banyak. Asal saja kadernya bukan keturunan PKI masih ada kesempatan untuk mendapatkan suara. Partai merah ini cukup berkoalisi dengan partai kecilpun sudah bisa masuk ke babak penyisihan.
Diluar itu mungkin saja ada calon lain yang bekerja diam2 secara tertutup dan tiba2 muncul dengan caranya sendiri seperti kuda hitam
Yang jelas semua calon yg tidak didukung oleh Jokowi atau oleh investor politik, harus bisa mengalahkan kecurangan dan kelicikan KPU yg sudah dipersiapkan dan diberi perlindungan sedemikian rupa. Ada kesan setelah masuk babak penyisihan sebelum pemilupun pemenangnya sudah diketahui. Perkiraan ini bisa salah total jika ada upaya dari partai untuk memperbaiki personil dan sistem perhitungan suara.
Cara lama serangan fajar, rasanya tidak efektip lagi, krn rakyat kecil pun sudah lebih cerdas. Intimidasi juga tidak efektip, perang IT ini yang akan terjadi jika personel dan system di KPU tidak diubah. Cara curang dengan kotak kardus dan adanya ratusan petugas KPPS yang wafat tapi tidak boleh diotopsi mungkin saja terjadi lagi. Walau PS yg mantan Danjen Kopassus jadi kontestan dan ada Pang5 TNI tapi nyatanya tidak berdaya. Itu gambaran tahun 2019, *mungkinkah TNI yang masih dianggap netral dapat mencegah kecurangan di KPU dalam pilpres 2024 ini ?* Seandaikan seluruh perangkat teritorial TNI dikerahkan, tentu akan berbeda hasilnya. Keterlibatan polisi dalam pengamanan KPU hanya akan menurunkan ketidak percayaan rakyat pada umumnya.
Untuk menduga siapa capres yang akan masuk finish dan menang, masih terlalu jauh, tergantung para pengurus partai membuat KPU bisa netral dan jurdil. Semoga saja hitung2an capres ini ada manfaatnya.
Bandung 13 Januari 2023
Memet Hakim
Pengamat Sosial
Ketua Wanhat APIB