NELAYAN
Pagi ini, sebenarnya sudah ada peringatan cuaca buruk. Namun, anakku sakit dan aku butuh uang untuk biaya pengobatannya, maka aku harus tetap melaut. Meskipun, belakangan ini cukup sulit mendapatkan ikan, terutama setelah dibuatnya pulau-pulau baru.
Sampai di tengah laut, aku menebar jaring di beberapa titik, siang menjelang aku harus menarik jaring itu satu per-satu, tidak ada ikan yang dapat dijual. Aku menebar jaring hingga ke area yang belum pernah kusambangi. Aku harus terus berjuang untuk mendapatkan ikan. Namun, mendung sudah menutupi langit, mengikis separuh harapanku.
Hari menjelang sore, ombak semakin membesar dan aku masih belum mendapatkan ikan. Cuaca tidak membaik, bahkan semakin buruk. Dari kejauhan aku melihat sebuah kapal kargo bergerak menuju daratan, beberapa awak kapal-nya berdiri di geladak, mungkin mereka memantau situasi laut.
Sayangnya, aku tidak punya pilihan itu, aku akan terus menerjang ombak, melawan badai, atau mencari pulau untuk sekadar menepi. Dari kejauhan, aku melihat sesuatu yang tinggi menjulang, warnanya hitam ke-abu-abuan, itu adalah pulau cadas, aku akan ke sana. Tapi, badai mulai datang dan menggoyahkan perahu ini, aku berucap kecil, “Tuhan, bisakah Kau singkirkan badai?”. Namun, nampaknya Tuhan tidak mengabulkan, aku menangis diam-diam.
Part III