Oleh : Adi Satria Noer
Katanya berdemokrasi
Tapi kau lakukan tindakan tidak terpuji
Kau injak norma berdemokrasi
Dengan dendam dan benci
Tak kau hiraukan lagi suara hati
Demi ambisi hatimu hitam dan mati
Kau bukanlah pendiri
Tapi kau merasa paling tinggi
Tak ada lagi rasa malu
Semua hilang dan berlalu
Kau tak pantas di puji
Kau pantas untuk diakhiri
Kau hilangkan norma berdemokrasi
Yang didirikan para pendiri negeri
Demi ambisi yang menjulang tinggi
Kau lupa langit dan bumi
—
Ramai riuh panggung politik
Dikeluarkan segala cara dan intrik
Tak perlu kader terbaik
Yang penting bisa di utak atik
Partai politik segera direbut
Agar namamu terus disebut
Gerbong politik sudah didapat
Agar segera keluar mandat
Untuk dapat maju dengan cepat
Pada pesta dua ribu dua puluh empat
—
Jegal menjegal, sikut menyikut jadi biasa
Kudeta partaipun lumrah saja
Entah apa yang merasuki jiwa
Yang penting niat terlaksana
Bagai kacang lupa kulitnya
Dulu dibina sekarang durhaka
Inikah cikal bakal boneka
Yang akan kuasai jagad raya
Mau dibawa kemana negeri tercinta
Jika semua bisa direkayasa
Hey para ksatria
Malulah pada sang garuda
—
Jika ambisi sudah merasuki jiwa
Etika dan malu tiada artinya
Persetan celotehan orang-orang
Yang penting jadi pemenang
Tangan panjang merampas kekuasaan
Kaki panjang menendang lawan
Semua cara dihalalkan
Harus jadi yang terdepan
Inilah sebuah tontonan
Dari yang tak tahu aturan
Selamat menikmati
Sajian yang tak berisi
—
Orang-orang yang haus kekuasaan
Apapun dilakukan tanpa perasaan
Sepak terjang bagai kesetanan
Sampai setanpun terheran-heran
Laksana ksatria yang kesiangan
Usungkan dada bagaikan pahlawan
Sungguh malang nasibmu tuan
Cuma jadi bahan tertawaan
Slipi, 13 Maret 2021