RIWAYAT KOTA TARING BABI (ARSO)


Kata-kata berbau amis darah
Teriakan tulang-tulang lapuk
Dari jerit rapuh selaksa arwah nenek moyang
Tersudut dari ruang-ruang keramat
Menangisi masa depan negeri ini
Dari Generasi ke Generasi
Pribumi di relung kota taring Babi…

Ketika dahulu suara-suara berdarah
Air mata darah
Jejak-jejak masa lalu berdarah
Mencari-cari setitik oase keadilan
Untuk kedamaian konvensional pribumi
Di sepanjang jalan perjuangan
Untuk kehidupan penuh sahaja dan bebas

Namun…
Dari suara-suara kecil peminta kebebasan
Dengan kekata air mata berdarah
Sebaliknya diburu, dengan buasnya Ditembaki, diperkosa tanpa ampun
Tanah adat pribumi dirampas, dirampok
Dibanjiri dengan begitu deras
Transmigrasi manusia berbeda suku, ras juga agama…

Disini, dulu…
Betapa kejamnya negara
Hak asasi manusia dikerdilkan
Hukum-hukum adat dikebiri
Ribuan lahan dibabat habis
Perkebunan sawit menjamur luas
Dengan penuh kebohongan dan tipu daya

Ah, betapa jahatnya resim pemerintahan negara
Berjuta Prajurit didatangkan
Dibekali dengan misi, senjata dan ambisi
Siapa yang melawan
Tangan besi yang dilawan
Siapa membantah
Nyawanya menjadi taruhan

Siapa… yang bisa bertahan ?
Satu-satunya jalan adalah pergi
Sembunyi demi keselamatan
Bila tidak tamatlah riwayat

Sekarang… haruskah kita tetap diam
Membiarkan lahan dijarah
Pohon-pohon sagu ditebang
Digantikan dengan sawit
Hutan berburu dibabat habis
Digantikan dengan Padang rumput
Lahan peliharaan sapi dan kambing

Sejauh ini apakah kita sadar….?
Mari merenung, menyadari sungguh
Lahan dan hutan adalah Mama
Mama yang membesarkan generasi
Mama yang memelihara masa depan kita semua…

Jangan lagi dijual…

 

Oleh : JENARIO
Arso 2, Keerom, Papua. Maret 2023.

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *