Sejarah Situs Raden Arya Wangsa Goparan

Penulis : Sri Indriyani


penanews.net _ Karawang, Jawa Barat. Situs RADEN ARYA WANGSA GOPARANA atau lebih dikenal dengan situs nangka beurit adalah salah satu saksi sejarah tentang asal mula tersebarnya gama islam di subang.

Mungkin sudah banyak orang menulis tentangnya sudah banyak media yang menayangkan baik media online ataupun media massa.

Nangka beurit adalah bukti dari saksi sejarah lokal yang pernah ada , tentang seorang yang telah diangkat waliyulloh dengan keutamaan akhlak dan sepak terjangnya yang memegang peranan penting dalam menyebarkan agama islam untuk pertama kalinya di subang.

Seperti halnya sejarah budaya di indonesia tentang fenomena situs-situs sejarah dan penziarahan yang telah dilakukan oleh pelaku peziarah bahkan dari berbagai agama, terkadang kita mendengar kontroversi tentang ziarah itu sendiri , ada beberapa yang besikap fanatisme tapi lepas dari semua itu berpulang pada niat dan tujuan masing -masing individu.

Mengenali dan menggali cerita tentang siapa eyang goparana dan peranan pentingnya yang begitu berjasa pada pertumbuhan dan peranan agama islam khususnya di subang, ada bukti sejarah di nangka beurit saksi tentang keberadaan beliau tentang peranan besarnya keindahan,kemegahan dan keunikan peninggalan bersejarah merupakan bukti nyata betapa tingginya budaya bangsa kita dan merupakan kebanggaan tersendiri.

images
Foto : MATAKITA.id

Peninggalan bersejarah dilindungi oleh undang-undang, ada pengkajian ulang yang dilakukan pemerintah tentang situs ARYA WANGSA GOPARANA yang asalnya dilindungi undang-undang no 5/ 1992 pasal 26 ,dan sekarang di lindungi undang-undang no 10/ 2011 tentang cagar budaya ,pasal tentang penetapan cagar budaya.

Untuk mengkaji ulang diperlukan tim ahli cagar budaya tingkat kabupaten kota , propinsi, dan pemerintahan pusat, tim ini yang akan mengkaji tentang cagar budaya di subang, walaupun demikian situs RADEN ARYA WANGSA GOPARANA telah diakui keberadaannya dan ditetapkan sebagai salah satu situs bersrjarah yang ada di subang , ungkap pak MOCH KHADAR H S.Pd M Hum salah satu staf dinas pendidikan dan kebudayaan subang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *