penanews.net _ Analis dan Pengamat Masalah Sosial Politik dan Keagamaan di Indonesia, Adi Supriadi, MM mengungkapkan analisa melihat seringnya Prabowo Subianto, Menteri Pertahanan Kabinet Indonesia Maju memuji dirinya sendiri. Padahal Prabowo bekerja untuk atas nama Presiden Jokowi.
Menurutnya, Menjadi Menteri Pertahanan era Jokowi bukan bermakna bahwa Jokowi dan Prabowo sudah akur, karena saat ini istilah Cebong dan Kampret sudah bersatu menjadi Buzzer, Buzzer Rupiah bergabung membuat musuh baru yang mereka panggil ” Kadrun”, artinya BuzzeRp yang merupakan gabungan Cebong dan Kampret inj akan bersatu membela Jokowi dan Prabowo, dan akan terus menyerang lawan mereka seperti Anies Baswedan yang mereka sebut “Kadrun”.
Prabowo menjadi menteri tidak lain diduga merupakan bagian dari deal Politik kekalahan Prabowo 2019 silam, pada 2024 mendatang Jokowi sudah tidak lagi bisa mencalonkan diri kecuali Amandemen perpanjangan Masa Jabatan Presiden dan Penundaan Pemilu benar-benar terjadi dan disahkan DPR MPRI RI. Maka Prabowo bersiap diri.
“Tidak bisanya Jokowi maju 2024, memungkinkan Prabowo yang diduga masih perpanjangan Oligarki akan melanjutkannya pada Pemilu 2024 mendatang, Sangat mungkin Prabowo akan disandingkan dengan Puan Maharani dan PDI-P akan berkoalisi dengan Gerindra” Ujarnya sesaat setelah melakukan proses pemotongan Hewan Qurban di Kabupten Sumedang, Jawa Barat Minggu (10/7/2022).
Adi Supriadi melanjutkan Analisanya, Jika melihat syarat yang diberikan Golkar terkait Calon Presiden KIB adalah meneruskan Proyek IKN, maka sangat besar kemungkinan koalisi Partai 2024 tidak berubah, Partai-Partai di KIB akan merapat ke PDI-P dan Gerindra dan akan bersepakat mengusung Prabowo – Puan Maharani.
Dugaan Saya, Politik Transaksional akan kembali terjadi dengan mementingkan Oligarki, Jika Oposisi tidak bersatu. Koalisi yang saat ini adalah koalisi dari 2014 hingga beberapa dekade kedepan tidak akan berubah banyak, setiap Capres diduga akan melindungi kesalahan dan dosa Presiden sebelumnya dan akan meneruskan proyek “bagi-bagi” jabatan di periode berikutnya.
Pada Pemilu 2014, Posisi Partai Demokrat dengan Presidennya pada masa itu adalah SBY tersandera kasus Bank Century dan Hambalang, Masa itu baik Prabowo maupun Jokowi sama-sama menemui SBY untuk mendapatkan dukungan, Pada saat itu SBY tidak memberikan dukungan kepada Prabowo melainkan ke Jokowi, Diduga syarat dengan kepentingan Politik SBY berkaitan dengan kasus Bank Century dan Hambalang. Selain mengantongi dukungan SBY, Jokowi pun mendapat dukungan dari JK yang sekaligus menjadi Calon Wakil Presiden (Cawapres) Jokowi pada tahun 2014 tersebut, Jokowi pun menang Pemilu. Dengan konsep Tiongkok Jokowi sudah menang sebelum bertempur.
Pada Pemilu 2019, Jokowi percaya diri dengan melepas JK, setidaknya 5 tahun cukup sudah untuk menguasai sistem dan Pemerintahan agar bisa menang pada Pemilu 2019 tersebut, Keberanian inipun belajar dari SBY saat periode keduanya meninggalkan Jusuf Kalla dengan menggandeng Boediono sebagai Wapres SBY pada Pemilu 2009.
” Terkait ucapan Prabowo yang mengatakan bahwa Politik Indonesia stabil sekarang dengan alasan banyak Negara bingung Prabowo Subianto rivalnya Jokowi bisa menjadi anak buah Jokowi “ Kata Adi Supriadi mengutip potongan video yang diunggah di akun instagram @fraksigerindra, Rabu (6/7/2022) yang lalu.
Prabowo mengatakan bahwa Amerika Serikat (AS) yang didalamnya ada Partai Demokrat dan Partai Republik tidak pernah bisa duduk satu meja, hal ini dinyatakan Adi Supriadi karena memang Antara kedua Partai memegang Prinsip, jika satu pemenang maka yang lain Oposisi, ini baru benar Demokrasi sehingga terlepas dari Politik Transaksional seperti yang terjadi di Indonesia.
Walau sesama Partai Demokrat, Obama dan Hillary Clinton pernah bertarung untuk memperebutkan posisi sebagai Calon Presiden dari Partai Demokrat, Obama menjadi Pemenangnya, Sedangkan dalam hal ini Hillary yang menjadi lawan dalam Pertarungan Internal Partai Demokrat justru dijadikan Menteri Luar Negeri oleh Obama.
“Di Indonesia, Sangat sulit terjadi, misalnya ada Anak buah dalam satu Partai melawan Presiden Partai, Sangat besar dianggap pembangkangan dan berakhir dengan Pemecatan, Di Indonesia kondisi ini terjadi, tidak mungkin orang yang tiba-tiba mencalonkan presiden dari Internal Partai lalu melawan Ketua Partai dan akhirnya mendapat jabatan saat Ketua Partai menang Pemilihan Presiden misalnya, Sangat mungkin di PAW jika Di Parlemen atau di Pecat sebagai hukuman terhadap Pembangkangan” Papar Adi Supriadi.
Jadi, Apa yang diceritakan Prabowo tentang Negara lain bingung itu bukan bingung soal bahwa Indonesia bisa akur antara Oposisi, justru bingung kok ada Oposisi tidak konsisten sebagai Oposisi, ini menggelikan bagi negara-negara tersebut.
Jika ingin mengaca ke Amerika, Maka Jika Donal Trump bisa ditumbangkan oleh Parlemen karena oposisi bekerja sebagai Oposisi yang sebenarnya, di Indonesia tidak bisa karena hampir semua Partai yang awalnya Opisisi dirangkul kedalam Koalisi dan diberi “jatah” jabatan baik di Legislatif maupun Eksekutif, ini bertentangan dengan konsep demokrasi yang sebenarnya, Sehingga dampak buruknya apapun upaya untuk menumbangkan Jokowi akibat tidak melaksanakan janji-janji kampanyenya akibat Oposisi tidak punya kekuatan kecuali hanya mengkritik di Media Sosial saja, maka tidak akan pernah terjadi seperti yang dialami oleh Donald Trump. Maka, Terlalu lucu untuk ditertawakan cerita Prabowo tersebut.
” Negara Asing yang dikunjungi Prabowo itu bingung bukan bingung kok bisa akur ya lawan Politik atau Oposisi, melainkan kok ada ya Oposisi bisa main mata dengan Pemerintah berkuasa, bukan membingungkan tetapi membagongkan” Ucapnya.
Aktivis dan Penggiat Media Sosial ini melihat ada kemungkinan koalisi 2024 tidak akan berubah walau saat ini seperti punya capres masing-masing, Prediksi saya PDI-P, Gerindra, Golkar, PAN, PPP akan kembali menjadi Koalisi yang akan diikuti PKB.
” Lawan Pemilu 2024 nanti, tersisa PKS dan Partai Demokrat, Walau Partai Demokrat susah ditebak, seperti pada Pilkada Jabar yang merusak Pencalonan Gubernur dari PKS, Bahkan sudah mau di akhir-akhir Demokrat justru membuat Pencalonan sendiri setelah hampir mantap bersama PKS Pada Pilkada Jabar” Ungkap Adi Supriadi.
Artinya, walaupun tetap berharap ada perubahan di Pemilu 2024, sepertinya sulit untuk berubah, Apabila kandidat Capres hanya 2 dan kembali dimenangkan PDI-P, Gerindra, Golkar, PPP, PKB dan PAN.
Sedangkan kandidat Capres lain hanya PKS dan Partai Demokrat.
Adi Supriadi melihat apa yang dilakukan Prabowo tidak lebih sebagai bagian memuji diri sendiri untuk menyatakan bahwa dirinya layak meneruskan Jokowi pada Pemilu 2024 tanpa harus membongkar Koalisi yang telah ada, Tanpa harus kerja keras, sistem Pemerintahan dikuasai, Janji agar dosa-dosa Jokowi tidak diungkap maka Prabowo akan melenggang menjadi Capres PDI-P dan Gerindra dan Partai Koalisi Jokowi saat ini.
” Saya berharap Analisa Saya salah, sehingga prediksi Saya tidak jadi kenyataan, tapi jikapun jadi kenyataan, Alhamdulillah Saya sudah diberitahu Kakek Saya pada tahun 1995, bahwa Sejak berakhirnya Raja Perempuan maka akan datang Raja yang zalim yang mana raja-raja tersebut akan panjang masa memerintahnya dan mereka saling menutupi kesalahan raja-raja sebelumnya, mereka tetap sama walau berganti-ganti orang” Kata Adi Supriadi mengutip Kata-Kata Almarhum Kakeknya Zubair pada tahun 1995.
Adi Supriadi Sebut Kezaliman Terhadap Rakyat akan Terus Berlanjut Sampai Perang Dengan Tiongkok
Sebagai Aktivis, Adi Supriadi meningatkan bahwa kezaliman terhadap raykat akan terus berlanjut, krisis pangan dan Energi, Pemerintahan yang tidak amanah terhadap jabatan yang diembannya, sampai TKA-TKA Tiongkok akan terus berdatangan hingga setengah dari mereka memiliki istri dan memiliki tanah rumah di Indonesia, lahan dikuasai sehingga Pribumi akan menjadi Penonton.
“Saya tidak kuat buat meneruskan cerita ini Terlalu sedih, tetapi begitulah yang dikatakan Kakek Saya Alm Zubair pada tahun 1995 yang lalu dimana semua yang diceritakannya dari keruntuhan Soeharto hingga kondisi saat ini semua Saya alami dan memang terjadi nyata, Intinya Pemimpin yang Amanah nanti akan datang setelah Negara ini kembali berperang, dan perkiraan Perangnya dengan Tiongkok, kapan itu terjadi? Wallahu alam” Ujar Adi Supriadi.
Menurut Adi Supriadi, Jika Politik Indonesia terus menjadi Politik Transaksional, Pemilu dan Rakyatpun berkarakter Transaksional, Rakyat Memilih Kandidat Pemimpin karena merasa diberi uang maka Kezaliman dan Penderitaan rakyat akan terus berlanjut, Buzzer-Buzzer Rupiah akan terus berlanjut, Oligarki akan terus berlanjut dan Penistaan terhadap keyakinan akan terus berlanjut.
” Semoga, Kita masih bisa menyaksikan era Pemimpin yang Adil dan Amanah itu terjadi, sehingga Kita bisa membuat anak cucu Kita tersenyum dimasa mereka menjalani hidup di Indonesia ini, Kapan itu? Hanya Allah SWT yang mengetahui pastinya ” tutur Adi Supriadi.
Boim