TRADISI KITAB SYARAH DAN SM KARTOSUWIRYO Kitab Al Ahkam as Sulthoniyyah Rujukan Konsep Negara Islam

Oleh NUNU A HAMIJAYA
Penulis Buku Tetralogi Islam Bernegara

Bandung penanews.net Jawa Barat- Sebagaimana HOS Tjokroaminoto dalam Tafsir Program Asas dan Program Tandhim PSII (1931) menggunakan sumber rujukan dari Kitab Al Ahkam as Sulthoniyyah, karya al Mawardi, maka S.M. KARTOSUWIRJO, yang sejak 1927 menjadi sekretaris pribadi beliau dan berkarir di PSII (1936) hingga menjadi Vice Presiden-nya, bahkan telah menulis sebuah SYARAH dari kitab tersebut.

Dalam bagain pertama tulisan ini, akan dibahas dulu tentang SYARAH dalam tradsisi literasi akademik di dunia Islam. Pada Bagian kedua, akan dibahas serba ringkas tentang SYARAH karya SM KARTOSUWIRJO terhadap Kitab Al AHKAM AS SULTONIYYAH karya AL MAWARDI dan beberapa konsep ijtihad beliau.

SYARAH : TRADISI LITERASI DUNIA ISLAM

Kitab syarah merupakan salah satu bentuk kreativitas pemikiran ulama dalam penulisan kitab. Seperti halnya karya matn, hasyiyah, ta’liqat atau lainnya. Secara literer Syarah berarti penjelasan,sinonim dengan kata tafsir, yang dalam tradisi ke ilmuan Islam dikaitkan dengan Al Quran.

Menurut Azyumardi Azra, kitab syarah memiliki orisinalitas sebagai sebuah karya pemikiran. Sebab, aktifitas pen-syarah-an sendiri melibatkan proses kreatif, sejak memahami apa yang ditulis pengarangnya,perenungan, refleksi sampai pada pengungkapan kembali ke dalam bentuk tulisan.

Pada masa awal perkembangan Islam di Indonesia, banyak kitab karya ulama Indonesia yang ditulis dalam huruf Jawi. Huruf Jawi merupakan adaptasi dari huruf Arab untuk menuliskan lafaz-lafaz atau kalimat melayu. Salah satu contoh karya yang ditulis dalam BAHASA JAWI (ARAB PEGON) adalah kitab SHIRĀTH AL-MUSTAQĪM, karya NURUDDIN AL-RANIRI.

FB IMG 1656993206494

Dalam tradisi literasi ulama-ulama Islam, dikenal beberapa istilah yang terkenal adalah tiga format yaitu MATAN, SYARAH, HĀSYIYAH.

1. MATAN
Pada awalnya, kita mengenal kitab-kitab turāts (kitab kuning) ditulis dalam bentuk matan. Matan adalah teks asli yang ditulis oleh seorang pengarang yang bukan merupakan penjelasan (syarah) dari kitab yang ditulis ulama lain. Kitab-kitab tersebut umumnya ringkas dan sederhana, seperti kitab MATAN AL-GHĀYAH WA AT-TAQRĪB karya Imam Abu Sujā’ , dan matan Qurrah al-‘Ain bi Muhimmatal-Din karya Syekh Zain ad-Dīn al-Malībāri.Tradisi penulisan kitab matan ini berlangsung lama, dari abad pertama hijriyah sampai fase kedua kemunduran pemikiran Islam pada abad ketujuh hijriyah dan berlanjut sampai sekarang

Menurut penelitian Martin van Bruinessen, bahwa kitab-kitab fikih Syafi’iyyah berasal atau merupakan kreasi lanjutan dari tiga kitab kuning pendahulunya yang berbentuk matan. Ketiga kitab tersebut adalah: kitab al-Muharrar karya al-Rofi’i (w.625 H/1226 M), kitab Matan Ghāyah wa al-Taqrīb karya Abu Syuja’ al-Isfahani(w. 593 H/1197 M), dan kitab Qurrah al-Ainkarya al-Malibari (w. 975 H/1567 M). Ketiga kitab kuning ini masing-masing membuat garis perkembangan sejumlah kitab kuning tersendiri setelahnya.

2. SYARAH
Tradisi penulisan syarah berawal dari KEMANDEKAN AKTIVITAS IJTIHAD yang mulai terjadi pada pertengahan abad keempat hijriyah dan men-capai puncaknya ketika Baghdad jatuh ke tangan HULAGU KHAN dan berlanjut sampai sekarang.

Syarah adalah kitab yang ditulis sebagai komentar atau penjelasan dari kitab yang ditulis oleh ulama lain. Dalam kitab syarah, semua kata atau frasa yang terdapat pada kitab matan diberi penjelasan, baik menyangkut aspek bahasa maupun aspek makna. Kitab syarah ada yang sederhana, seperti SULLAM AL-MUNĀJĀH, syarah dari Safīnah al-Shalāh dan ada juga yang besar, seperti kitab AL-MAJMŪ’, syarah dari kitab al-Muhazzab. Syarah biasanya dilakukan oleh ulama lain, seperti kitab Matan al-Ghāyahwa at-Taqrīb karya Abu Syuja’ yang disyarahkan menjadi kitab FATH AL-QARĪB, karya Ibnu Qasimal-Ghuzzi.

SYARAH SULLAM AL-MUNĀJĀT (28 halaman), Syarah ‘Uqūd al-Lujain fī Bayān Huqūq az-Zaujain (22 halaman), dan Bahjah al-Wasā’il bi Syarah al-Masā’il (40 halaman). Yang sedang ada tiga kitab, yaitu kitab SYARAH SULLAMAT-TAUFĪQ atau yang nama lengkapnya ‘Mirqāt Shu’ūd at-Tashdīq fī Syarah Sullam at-Taufīq (88 halaman),
SYEKH NAWAWI AL-BANTANI,misalnya, dalam SYARAH SULLAM AT-TAUFĪQ menulis bahwa penyusunan kitab syarah tersebut atasper mintaan teman (murid)nya,terutama di Indonesia. Sepanjang sejarah pesantren di Indonesia,kitab syarah memiliki kontribusi paling besar.Ia mendominasi kitab-kitab yang diajarkan dipesantren selama berabad-abad.

3. HASYIYAH, HAMISY, TA’LIQAT
Hāsyiyah adalah komentar atas kitab syarah yang masih memerlukan penjelasan lanjutan atau frasa yang terdapat dalam kitab yang di-hāsyiyah-kan, tetapi hanya menjelaskan kataatau frasa tertentu yang dipandang memerlukan penjelasan lebih detil.

Salah satu kitab hāsyiyah yang banyak beredar di pesantren ialah HĀSYIYAH AL-BAJURI, karya Syekh Ibrahim al-Bajuri. Kitab ini merupakan komentar terhadap kitab (syarah) Fath al-Qarīb al-Mujīb, karya Ibn Qasim al-Ghuzzi.Kitab yang di-hāsyiyah-kan biasanya ditulis dipinggir kitab (hāmisy).

Salah satu kitab ta’līqāt, yang cukup populer adalah kitab AL-MANKHŪL MIN TA’LĪQĀT, al-Ushūl karya al-Ghazali. Kitab ini merupakan kumpulan catatanal-Ghazali terhadap kuliah yang diberikan oleh gurunya, Imam al-Juwainy.

KEBUTUHAN AKAN KITAB SYARAH

Kebutuhan terhadap kitab syarah ini antara lain disebabkan oleh: (1) kemahiran seorang pengarang dalam menampilkan redaksi sehingga ia mampu memaparkan pengertian yang men dalam dengan bahasa yang amat singkat; (2) pengarang membuang suatu alasan karena dinilai telah jelas dengan sendirinya, dan penulis syarah merasa perlu memunculkan kembali alasan yang dibuang itu; (3) suatu pernyataan terkadang perlu ulasan tegas, karena pernyataan itu muncul dalam bahasa sindiran (majaz ataukinayah).

KEISTIMEWAAN KITAB SYARAH

Kitab syarah, ia memiliki beberapa keistimewaan,yaitu:
1. Syarah menyediakan penjelasan yang panjanglebar dan detil dari suatu persoalan yangdi diskusikan.
2. Syarah membantu para pembaca memper-kaya kosa kata dalam bahasa Arab. Kekayaanterhadap penguasaan kosa kata dalambahasa Arab sangat membantu pemahamanpembaca. Kitab-kitab syarah menyediakan kosa kata yang lebih banyak bagi para pembacanya.
3. Syarah menggambarkan terjalinnya jaringan keilmuan seorang pengarang dengan guru atau pengarang kitab yang disyarahkan serta mempererat hubungan emosional antara kedua nya.Kitab syarah memberikan argumentasi pada setiap tahap detil pembahasan suatu masalah.Suatu masalah sederhana yang disajikan kitab matan pada umumnya tidak menyertakan landasan normatif (dalil, argumentasi logis)bagi masalah yang disajikan.

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *