Oleh:
Al Ustadz Abu Fayadh Muhammad Faisal Al Jawy al-Bantani, S.Pd, M.Pd, I, M.MPd حفظه الله
(Alumni dan Aktivis 212, Aktivis Pendidikan dan Kemanusiaan, Praktisi dan Pengamat PAUDNI / Pendidikan Anak Usia Dini Non Formal dan Informal, Aktivis Anti Pemurtadan dan Aliran Sesat)
Babelan City, Kab. Bekasi-Jawa Barat, 18 April 2022M / 17 Ramadhan 1443H, Banyak kaum muslimin yang terobsesi untuk mendapatkan Lailatul Qadar (biasa dikenal dengan Malam Seribu bulan)! Mereka sibuk berbicara dan menguasai keutamaan Lailatul Qadar.
Berbagai upaya dilakukan untuk melihat indikasi-indikasi hadirnya Lailatul Qadar. Percaya bahwa malam itu pasti datang, tidak diketahui atau tidak, Anda menyadari kedatangannya atau tidak menyadarinya.
Dahulu Nabi Muhammad beri’tikaf dan meningkatkan ibadahnya di malam-malam terakhir bulan Ramadhan. Sebagaimana beliau juga membangunkan keluarga untuk bersama di malam-malam tersebut.
Beliau tidak menyibukkan diri dengan mengidentifikasi ciri-ciri kedatangan malam lailatul qadar. Beliau lebih memilih untuk meningkatkan malam di sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan.
Dengan demikian dapat dipastikan bahwa Rasululloh telah beramal hingga maksimal di malam Lailatul Qadar yang jatuh pada satu malam dari sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan.
Seperti pada sabdanya, “Barang siapa dari kalian yang mencari Lailatul Qadar yang dicarinya ia mencarinya di sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan”. (HR. Bukhari-Muslim Sanadnya Shohih).
Dari informasi dan terus bertanya kapan Lailatul Qadar datang, lebih bijak bila kita bertanya: “apa yang saya lakukan pada malam yang tersisa di bulan Ramadhan ini untuk memanfaatkan pengalaman lalilatul qadar?
Percaya bahwa rekan pasti melalui momentum Lailatul Qadar melindungi orang-orang kafir dan fasik pun melalui momentum yang sama. Namun membedakan antara kita dengan mereka adalah amalannya, mereka bergelimang dalam dosa dan maksiatnya, sedangkan kita bisa mengisi lailatul qadar dengan lantunan Al Qur’an, dzikir, doa, dan shalat malam (biasanya dilaksanakan Lailatul Qadr dengan I’tikaf di Masjid atau Mushollah ) .
*Meraih Malam Lailatul Qadar*
Pada sepertiga terakhir bulan Ramadhan adalah saat-saat yang penuh dengan peringatan dan keutamaan serta pahala yang melimpah.
Di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan. Oleh karena itu suri tauladan kita Nabi Muhammad sangat bersungguh-sungguh untuk menghidupkan sepuluh hari terakhir tersebut dengan berbagai amalan melebihi waktu biasanya.
Aisyah Radhiyallohu ‘anha “Apabila Nabi Muhammad memasuki hari terakhir (bulan Ramadhan), pemasangan sarungnya (untuk mengatakan para istri beliau dari berjima’), larangan malam tersebut dan membangunkan keluarga”.
Isi hari-hari terakhir di bulan Ramadhan dengan bersungguh-sungguh dalam melakukan ibadah seperti shalat, membaca Al Qur’an, dzikir, sedekah, dan lain sebagainya, karena ini yang rasulullah lakukan. Bukan waktu banyak waktu untuk kebutuhan Hari Raya.
Pada sepertiga terakhir dari bulan penuh ini terdapat malam Lailatul Qadar, suatu malam yang dimuliakan oleh Alloh melebihi malam-malam lainnya. Di antara malam kemuliaan tersebut adalah Alloh mensifatinya dengan malam yang penuh berkah.
Dalam firman Alloh surat Ad-Dukhan ayat 3 dan 4 “Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al Qur’an) pada suatu malam yang diberkahi. Dan sebenarnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu sesuatu hal yang penuh hikmah. Maka dari ayat ini sangat keliru jika Al-Qur’an diturunkan pada pertengahan bulan Sya’ban atau pada 17 Ramadhan. Dan lailatul qadar penjelasan pada penjelasan ayat diatas terjadi pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.
Malam lailatul qadar dalam hadist Bukhari, Nabi Muhammad mengatakan “Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan”.
Namun beberapa hadist mangatakan terjadi pada malam-malam ganjil dan di tujuh malam terakhir bulan ramadhan. Alloh merahasiakan kejadian lailatul qadr di antaranya adalah agar terbedakan antara orang yang sungguh-sungguh untuk menemukan malam tersebut dengan orang yang malas. Karena orang yang benar-benar ingin mendapatkan sesuatu tentu akan bersungguh-sungguh dalam mencarinya.
Sangat disarankan untuk memperbanyak do’a pada lailatul qadar, lebih-lebih do’a yang lebih masuk oleh suri tauladan Nabi Muhammad terjebak dalam hadits dari Aisyah.
Beliau berkata, “Katakan padaku wahai Rasululloh , apa pendapatmu, jika aku berada pada malam adalah lailatul qadar. Apa yang aku katakan di dalamnya? ”Menjawab,” Katakanlah: ‘Allohumma innaka’ afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu’ anni ‘(artinya’ Ya Alloh sebenarnya Engkau Maha Pemaaf lagi Maha Mulia yang suka diminta maafkanlah aku). ”
*Tanda-tanda kehadiran malam lailatul qadr pun terjadi dengan ciri-ciri:*
1. Udara dan angin sekitar teras tenang.
2. Malaikat menurunkan ketenangan sehingga manusia merasakan sensasi tersebut dan merasakan kelezatan dalam kekurangan, yang tidak didapatkan pada hari-hari yang lain.
3. Manusia dapat melihat malam dalam penelitian yang terjadi pada sebagian sahabat.
4. Matahari akan terbit pada pagi hari setiap hari dalam keadaan jernih, tidak ada sinar. Dari Abi bin Ka’ab bahwa Rasululloh mimpi yang artinya, “Shubuh hari dari malam lailatul qadar matahari terbit tanpa sinar, seolah-olah mirip dengan bejana hingga matahari naik.
*Maraji’/ Referensi:*
Buku Mengungkap *Misteri Lailatul Qadar*, Penulis: Syaikh Dr. Faruq Hamadah, Terbitan: Keira Publishing, Maktabah Versi 4.0, dllnya.
Hasbunalloh Wani’mal Wakil Ni’mal Maula Wani’man Natsir
Salam Ahadun Ahad ☝️ Allohu Akbar ✊ Isy Kariman Aw Mut Syahidan (Hidup Mulia Atau Mati Syahid)
Semoga Bermanfaat, Wallohu a’lam bissowab, Barokallohu ‘fiikum
* Biografi Singkat Penulis:
Lahir di Jakarta Tahun 1984, Status Menikah dan Penulis Adalah ALUMNI S1 FKIP Prodi PLS (Pendidikan Luar Sekolah)/Non Formal Education Untirta/Universitas Negeri Sultan Ageng Tirtayasa, Banten (S.Pd), S2 Pascasarjana Pendidikan di Jakarta (M.MPd dan M.Pd, I) Yakni di: S2 Pascasarjana Konsentrasi Manajemen Pendidikan IMNI Jakarta (M.MPd) dan S2 Pascasarjana UIJ/Universitas Islam Jakarta Program Studi PAI/Pendidikan Agama Islam (M.Pd, I), Penulis Pernah Ikut Dauroh Masyayikh di Bogor-Jawa Barat dengan membahas Kitab Nawaqidhul Islam dan Tarbiyah Jihadiyyah fie dhaul Kitab was Sunnah yang disampaikan langsung bersama *Syaikhuna Abdul Aziz bin Nashir Al Julayyil* -Hafidzhahulloh Ta’ala- Ulama Ternama dari Timur Tengah dan Bukunya sudah ada di Indonesia karya Syaikh Al Julayyil seperti yang udah diterjemahkan: Meneladani Akhlak Generasi Terbaik, Sudah Salafikah Akhlak Anda (Ayna Nahnu Min Akhlaqis Salaf), Tidakkah Kalian Berpikir?, dllnya, dan pernah pula mengikuti Kajian Para Asatidz Nasional seperti: *Syaikhuna Dr. Farid Ahmad Okbah, Lc, M.Ag* Hafidzhahulloh Ta’ala -fakkallohu asrohu-, *Syaikhuna Dr. Abu Mu’adz Achmad Rofi’i, Lc, M.MPd* Hafidzhahulloh Ta’ala, *Ustadzuna Drs. Hartono Ahmad Jaiz Abu Sa’id Ibrahim* Hafidzhahulloh Ta’ala, *Ustadzuna Drs. Abu Deedat Syihabbudin, M.Si*, *Ustadzuna Halawi Makmun, Lc, MA* Rahimahulloh ketika masih hidup Beliau bersama *Ustadz Halawi* Rahimahulloh mengaji di Rumah *Ustadz Ghana Pryadarizal An-Naedi, Lc* Al Hafizh bahas Kitab Al-Haq Wal Yaqiin fii A’dhawatil Thughoot wal Murtadin Min Kalami A’immatil Da’wah An-Najdiyyah, dan Para Asatidz Nasional lainnya Terutama yang Pakar Aliran dan Paham Sesat, Kristologi dan Dunia Pendidikan. Red.