Bogor. penanews.net _ Jawa Barat. Meski sudah ada sekitar 79 trayek angkutan umum, namun masih ada sejumlah jalan di wilayah Kabupaten Bogor hingga saat ini belum terlayani. Hal ini pun telah menjadi perhatian dari Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Bogor untuk dicarikan solusinya.
Salah satu daerah yang membutuhkan adanya angkutan umum adalah wilayah Kecamatan Rumpin. Adapula beberapa wilayah kecamatan lainnya seperti di Sukajaya, Cigudeg, Parungpanjang dan lain – lainnya.
Kepala Seksi (Kasi) Angkutan Dishub Kabupaten Bogor, Wartono mengatakan, pihaknya telah mengajukan usulan guna adanya angkutan umum di daerah itu sesuai dengan Perbup nomor 39 tahun 2018 dan Peraturan Dirjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan RI.
“Salah satu upaya kita adalah menjalin kerjasama dengan pihak Damri sebagai salah satu BUMN bidang perhubungan, dalam bentuk pengadaan mobil armada angkutan umum bagi masyarakat. Hal ini juga disesuaikan dengan permintaan dan kebutuhan dari masyarakat,” ucap Wartono, Jum’at (6/1/2023).
Ia menambahkan, salah satu contohnya di Kecamatan Rumpin, yaitu untuk jalur jalan Leuwiliang – Cicangkal. Meskipun di kecamatan ini sudah ada beberapa trayek angkutan umum seperti angkutan dari arah terminal Leuwiliang – Gobang – Pasar Nyungcung hingga Pangkalan Rumpin (PP) dengan kode trayek 19 dan trayek nomor 25 dengan rute PP dari terminal Parung – Ciseeng – Rumpin.
“Sebenarnya ada sekitar 20 trayek yang hingga saat ini masih belum beroperasi dan belum ada minat dari perusahaan jasa angkutan. Mungkin karena faktor yang menjadi perhitungan bisnis dan lain – lain,” ungkap Wartono.
Kasi Angkutan Dishub ini menjelaskan, pengajuan kerjasama untuk pengadaan angkutan umum juga sudah dilakukan di wilayah lain, diantaranya jalur Jasinga – Tenjo – Parungpanjang, Leuwiliang – Banyu Asih Cigudeg dan sejumlah jalur jalan lainnya yang belum ada angkutan.
Sudah ada beberapa usulan terealisasi dan ada usulan yang masih dikaji.
“Sementara untuk trayek – trayek yang ada namun belum terisi, itu umumnya karena rata – rata perusahaan angkutan harus berhitung dari sisi bisnis, untung ruginya. Apalagi saat ini persaingan usaha makin ketat, biaya operasional tinggi dan suku cadang juga mahal,” pungkas Wartono.