oleh

Kelompok Tani Mekarsari Praktik Produksi Pupuk Hayati Biosaka untuk Pertanian Berkelanjutan

Bogor, penanews.net _ Jawa Barat. Kelompok Tani Maju Jaya Demplot Desa Mekarsari, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, menggelar praktik pembuatan pupuk hayati Biosaka sebagai bentuk inovasi pertanian ramah lingkungan. Kegiatan ini diikuti oleh semua anggota kelompok tani, semua anggota kelompok tani dengan bimbingan penyuluh pertanian dari Dinas Pertanian Kabupaten Bogor, Restu Daniel.

Pembuatan pupuk hayati Biosaka ini melibatkan proses fermentasi bahan-bahan organik seperti sisa tanaman, kotoran hewan, serta mikroorganisme alami. Langkah ini diambil untuk mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk kimia yang harganya terus meningkat dan berdampak negatif terhadap lingkungan.

Restu Daniel, selaku pendamping dan narasumber kegiatan, menjelaskan bahwa Biosaka bukanlah produk pabrikan atau pupuk kimia, melainkan dibuat sendiri oleh petani menggunakan bahan-bahan yang mudah ditemukan di sekitar mereka. “Biosaka bertujuan untuk meningkatkan kesuburan tanah dan kesehatan tanaman secara alami,” ujarnya. Selasa (15/4).

Tahapan pembuatan pupuk hayati ini dimulai dengan pengumpulan berbagai jenis sisa tanaman, seperti dedaunan, rumput, batang, dan kulit buah-buahan. Setelah itu, bahan-bahan tersebut dicampur dalam wadah bersih dan ditambahkan air secukupnya untuk menjaga kelembaban dan memicu proses fermentasi.

Fermentasi berlangsung selama beberapa hari hingga muncul aroma khas dan perubahan warna, menandakan bahwa mikroorganisme aktif telah berkembang. Proses ini membutuhkan ketelatenan namun memberikan hasil yang signifikan bagi pertumbuhan tanaman dan kualitas tanah.

Menurut Restu Daniel, penggunaan Biosaka memberikan sejumlah manfaat penting, di antaranya memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kandungan hara, serta membantu tanah menyimpan air lebih baik. Hal ini berdampak positif terhadap pertumbuhan tanaman dan hasil panen.

Selain itu, pupuk hayati Biosaka juga meningkatkan ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit, sehingga petani tidak perlu bergantung sepenuhnya pada pestisida kimia. “Dengan Biosaka, petani bisa lebih mandiri dan menjaga kelestarian lingkungan,” terang Restu.

Kegiatan ini mendapat sambutan positif dari para anggota kelompok tani. Mereka berharap penggunaan Biosaka dapat diterapkan secara luas di berbagai wilayah sebagai solusi pertanian yang lebih berkelanjutan dan hemat biaya.

 

 

(Boim)